OSKM ITB 2013

#untukINDONESIA

OSKM ITB 2013

#untukINDONESIA

OSKM ITB 2013

#untukINDONESIA

Institut Teknologi Bandung

Jalan Ganesha 10

Kelompok 139 OSKM 2013

#untukINDONESIA

Sunday, August 25, 2013

Hasil Wawancara Kelompok 139

Kelompok 139 telah melakukan observasi di daerah Cisitu Lama pada sore tanggal 24 Agustus 2013. Tempat yang kami observasi adalah daerah seputar Pusdiklat Geologi. Ada 3 narasumber yang kami tanyai yaitu Bapak Sholihin, , dan .

1. Bapak Sholihin

Bapak Sholihin adalah seorang penjual gado-gado di Jalan Cisitu Lama. Beliau sudah berjualan di daerah Cisitu sejak 3 tahun yang lalu, tepatnya sejak tahun 2010. Berdasarkan penuturan beliau, kemacetan di Cisitu sudah berlangsung sejak awal beliau berjualan di Cisitu. Setiap hari dapat dipastikan terjadi kemacetan, biasanya pada jam-jam pulang kantor pada sore hari.

Penyebab utama kemacetan di daerah Cisitu adalah ketidaktertiban parkir. Kendaraan mobil yang ukurannya besar -besar sering parkir di kanan kiri jalan sepanjang Jalan Cisitu. Padahal ukuran jalan tidak begitu besar, dan rumah-rumah begitu mepet sehingga tak memungkinkan untuk dilakukan pelebaran jalan.

2. Bapak Ipon

Bapak Ipon, 45 tahun, adalah seorang penjual nasi padang di jalan Cisitu Lama.Beliau sudah memulai usahanya dari tahun 1996. Menurut beliau, jalan Cisitu Lama dulunya tidak macet, tapi tahun-tahun ini mulai mengalami kemacetan. Menurut beliau penyebab jalan Cisitu Lama macet adalah, jalanan kecil dan terlalu banyak mobil dan motor parkir.

Tetapi macetnya jalan Cisitu Lama tidak berpengaruh kepada bisnis Bapak Ipon, dan menurut beliau lingkungan disitu pun cukup bersih.

3. Kevin
Jalan Cisitu Lama semakin lama semakin padat. Dapat dilihat dari kemacetan yang sudah menjadi hal biasa di daerah ini. Saat kami melakukan tugas ini, terlihat beberapa kendaraan roda empat yang diparkirkan di pinggir jalan, yang tentunya menyusahkan para pengguna jalan lain sehingga menimbulkan kemacetan. Tak hanya itu, angkutan umum pun tak sedikit yang menurunkan penumpang 'seenak jidat' di jalan sempit ini.

Untuk mengetahui lebh lanjut, kami mewawancarai Kevin (21 tahun) yang telah berjualan di jalan Cisitu Lama selama kurang-lebih 3,5 tahun. Menurut Kevin, kemacetan di jalan ini sudah berlangsung sejak tahun 2011. Tidak pagi, tidak sore, jalan Cisitu Lama tetap macet. Narasumber kami mengatakan bahwa penyebab kemacetan ini ntara lain adalah ukuran jalan yang sempit, banyaknya kendaraan bermotor, dan banyaknya anak kuliahan. Beberapa tahun lalu, jumlah kosan yang ada di sekitar jalan ini sedikit, sehingga mahasiswa pun tidak sebanyak sekarang.

Kevin menambahkan bahwa kemacetan membawa 'berkah' tersendiri yaitu bertambahnya jumlah pembeli barang dagangan beliau. Akan tetapi, kemacetan yang menyebabkan timbulnya polusi udara dan polusi suara  dapat mengganggu kesehatan. Kevin menyayangkan belum adanya pemerintah yang datang dan berusaha menyelesaikan masalah ini.

Saturday, August 24, 2013

Sejarah Kemahasiswaan dan Timeline ITB

Era Kolonial Belanda dan Jepang

Terbentuk organisasi kemahasiswaan tertua di Bandung yaitu Bandoeng Studenten Corps (BSC). Pada masa ini, mahasiswa pribumi yang bersekolah di Technische Hoogeshcule te Bandoeng (TH Bandoeng) sudah merasakan perbedaan budaya dengan teman2nya yang berasal dari Belanda dan mahasiswa2 pribumi ini kemudian membentuk perkumpulan sendiri yaitu Indonesische Student Vereniging (ISV) yang terpisah dari organisasi mahasiswa resmi saat itu yang didominasi oleh tuan-tuan Belanda. Perkumpulan ini menyelenggarakan diskusi-diskusi mengenai ilmu teknik, politik, mengadakan kegiatan olahraga, bermain catur dan tak ketinggalan berdarmawisata.
Soekarno (presiden RI pertama) terdaftar sebagai mahasiswa mulai tahun 1921, tapi dua bulan kemudian meninggalkan kuliah untuk bersatu dalam perjuangan bangsanya. Baru tahun 1922 ia mendaftar kembali dan lulus tahun 1926.
TH Bandoeng sempat berganti nama di era kolonial Jepang menjadi Institute Of Tropical Sciences (1942) dan Bandung Kogyo Daigaku (1944)

Era Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, Bandung Kogyo Daigaku dibuka kembali dengan nama Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung). Terbentuk Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Bandung. Suasana revolusi menyebabkan kampus STT Bandung mempunyai multifungsi. Gejolak bangsa saat itu membuat STT Bandung merupakan kesatuan dari potensi SDM, ilmu dan teknologi, laboratorium dan peralatan yang semuanya dikerahkan untuk perjuangan kemerdekaan. Bulan Oktober 1945 didepan anggota KNIP, dicetuskan ikrar bersama mahasiswa yang menyatakan tekad mahasiswa Indonesia untuk tidak sudi kembali ke kampus selama kemerdekaan penuh bangsa Indonesia belum tercapai.
STT Bandung kemudian pindah ke Yogyakarta untuk kemudian bergabung dengan beberapaa akademi dan sekolah tinggi membentuk Universitas Gadjah Mada

Era1950an

Pada masa ini, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Bandung masih dalam naunngan Universitas Indonesia. Saat itu terbentuklah Dewan Mahasiswa UI Bandung yang beranggotakan himpunan-himpunan mahasiswa teknik. Pada tahun 1955, lahirlah Dewan Mahasiswa UI yang diketuai oleh Emil Salim yang kemudian menggabungkan DM UI Bandung yang terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas Teknik dan FIPIA.
1957 Deklarasi pembentukan Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI) di Aula Barat sebagai wadah organisasi intra universitas seluruh Indonesia
2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dipisahkan dari Universitas Indonesia menjadi Institut Teknologi Bandung.

2 November 1960, berdasarkan persetujuan Senat Mahasiswa Departemen Ilmu Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, serta Ilmu Kimia dan Ilmu Hayati, terbentuklah Dewan Mahasiswa ITB yang diketuai oleh Piet Corputty. Dewan Mahasiswa terdiri dari Sidang Dewan (Legislatif) dan Badan Pengurus (Eksekutif). DM ITB saat itu lebih mengutamakan konsolidasi organisasi. Namun karena adanya perjuangan membebaskan Irian Barat, maka DM ITB mendukung penuh seruan tersebut dengan ikut serta mengirimkan sukarelawan. Advokasi mahasiswa untuk menolak penggabungan ITB ke Universitas Padjajaran yang baru berdiri.

1963 Pada kerusuhan 10 Mei 1963 yang berbau rasial, tokoh mahasiswa Muslimin Nasution. Uniknya walaupun dalam tahanan, Muslimin terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB. Konfrontasi antara DM ITB dengan CGMI-GMNI yang berporos Nasakom. Saat itu DM ITB dijuluki ‘The Last Stronghold’ oleh masyarakat anti-komunis.

1964 Pembangunan Masjid Salman dimulai. Pada Kongres MMI ke-IV di Malino, Sulsel, DM ITB dikeluarkan dan terkucil dari pergaulan antar DM. Terjadi kericuhan saat MAPRAM 1965.

1965 Peristiwa Gerakan 30 September, DM ITB dibawah pimpinan Rachmat Witoelar menyatakan mengutuk peristiwa tersebut. Terbentuk KAMI Bandung yang tidak hanya beranggotakan organisasis ekstra kampus, namun juga organisasi intra kampus. Terbentuk juga Komite Aksi Pembersihan ITB (KAPI), yang bertujuan membersihkan ITB dari pengaruh komunis.

1966 Perjuangan menegakkan Tritura. Pada bulan Februari 1966, KAMI Bandung dipelopori DM ITB mengirim 200 mahasiswa untuk membantu mahasiswa Jakarta yang terdesak akibat terbunuhnya Arief Rahman Hakim. Dipimpin tokoh-tokoh seperti Rudianto Ramelan, Muslimin Nasution, Arifin Panigoro, dan Fred Hehuat, KAMI Bandung melancarkan serangan-serangan ke obyek-obyek vital seperti Deplu RI, Kedubes dan Konsulat RRC.
Perjuangan Tritura menghasilkan pemerintahan baru yang lazim disebut ‘Orde Baru’. DM ITB memberikan gelar Pahlawan Ampera kepada Fred Hehuat (Geologi) dan Pasma Situmorang (Mesin) yang aktif berjuang menegakkan Tritura.
DM ITB tidak hanya berdemonstrasi untuk menumbangkan rezim Orde Lama, saat terjadi bencana banjir di Solo, DM ITB mengirim delegasi Misi Ampera untuk membantu korban bencana.

Juni 1966 KM ITB terbentuk sebagai penyempurnaan dari DM ITB, terdiri dari MPM (legislatif), DM (eksekutif), dan BPM (perwakilan ekstra kampus)

1968 Pernyataan sikap menolak adanya wakil-wakil mahasiswa di DPR Gotong Royong karena mahasiswa tidak sepatutnya berpolitik praktis

1969 Advokasi kenaikan SPP mahasiswa.

1970 Dipelopori oleh Wimar Witoelar (Ketua Umum 1969-1970) dan Syarif Tando (Ketua Umum 1970-1971), DM ITB menyerukan slogan back to campus untuk kembali kemahasiswaan yang telah rusak akibat politik nasakom. Pendirian Student Center dimulai, Unit-Unit kegiatan bermunculan, DM ITB memelopori konsolidasi mahasiswa se-Asia Tenggara dalam pertemuan ASEAUS. DM ITB juga mengadakan pekan olahraga mahasiswa Ganesha Interversity Games. Gagalnya inisiasi National Union of Student of Indonesia dilanjutkan dengan berdirinya Badan Kerja Sama Dewan/Senat Mahasiswa se-Bandung (BKS DM/SM Bandung).
Usaha depolitisasi ini sebenarnya hampir berhasil, hanya saja pihak penguasa mulai menunjukkan gelagat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada tanggal 6 Oktober 1970, terjadi insiden antara taruna Akpol dengan seorang mahasiswa bernama Rene Louis Conraad (EL’70) yang mengakibatkan tewasnya Rene. Insiden ini sebenarnya berawal dari tawuran antara taruna Akpol dengan mahasiswa ITB akibat kalah dalam pertandingan sepak bola. Karena peristiwa ini, saat upacara pemakaman Rene, DM ITB mengadakan demontrasi dengan massa sepanjang 7 Km untuk menuntut pengusutan para tersangka pengeroyokan.

1971 Protes DM ITB terhadap proyek Taman Mini Indonesia Indah.

1972 Protes DM ITB kepada Bulog yang dianggap tidak becus mengurusi pangan.

1973 Isu utang luar negeri yang tidak terkendali menjadi opini publik. Saat itu pengusaha Jepang dianggap Economic Animal oleh masyarakat Indonesia akibat modal mereka yang mencengkeram ekonomi nasional. Suatu pertemuan di bulan Desember 1973 di ITB yang dihadiri antara lain oleh Muslim Tampubolon (Ketua Umum DM ITB) Hariman Siregar (Ketua Umum DM UI) dan Adnan Buyung Nasution berhasil mengeluarkan sikap untuk menolak utang luar negeri.

1974 Pertemuan 35 DM se-Indonesia tanggal 11 Januari atas undangan Hariman Siregar untuk menemui Presiden Soeharto di Bina Graha. 4 hari kemudian pecahlah peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari) yang pada awalnya bertujuan mendemonstrasi PM Jepang Kakuei Tanaka malah berubah menjadi huru-hara besar.
Sementara itu mahasiswa Bandung berunjuk rasa di kampus UNPAD dengan membakar patung Soedjono Hoemardani, Aspri Presiden Soeharto. Saat itu mahasiswa Bandung mengeluarkan Tritura

1974 yang berbunyi: 1. Bubarkan Aspri, 2. Turunkan Harga, 3. Tolak Utang Luar Negeri.

1974-1976 Konsolidasi organisasi DM ITB.

1977 Gerakan anti kebodohan, adalah suatu konsep mendasar untuk mengentaskan pembodohan penguasa terhadap rakyat Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kemahasiswaan Indonesia, Ketua Umum DM dipilih dengan sistem one student one vote secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.

28 Oktober 1977, DM se-Indonesia berkumpul di Bandung untuk menyatakan sikap menolak eksistensi Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Bersama pelajar Bandung, DM se-Indonesia mengadakan aksi demonstrasi keliling Bandung.

16 Januari 1978 Apel bersama 2000 mahasiswa ITB dipimpin Ketua Umum Heri Akhmadi menyatakan ‘Tidak Mempercayai dan Tidak Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!”. Penerbitan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978. Pembuatan buku putih ini dimotori oleh Rizal Ramli, Ketua Dewan Mahasiswa. Penerbitan buku putih ini juga didukung beberapa intelektual kampus seperti Prof. Iskandar Alisjahbana (Rektor ITB) dan Prof. Slamet Iman Santoso (mantan Dekan Fakultas Psikologi UI).

21 Januari dan 9 Februari 1978 Kampus diserbu dua kali dan diduduki militer 6 bulan lamanya. Mahasiswa lama dikumpulkan di lapangan basket dan diusir, hanya mahasiswa angkatan ’78 yang boleh berkuliah. Terjadi penembakan gelap di rumah Rektor ITB Prof. Iskandar. Laksusda Jawa Barat memanggil Heri Akhmadi, Rizal Ramli, Indro Tjahjono, Al Hilal Hamdi, dan Ramles Manampang Silalahi untuk kemudian diadili dan dipenjara. Normalisasi Kehidupan Kampus diberlakukan, DM se-Indonesia dibubarkan, pemerintah mengajukan konsep SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi) sebagai pengganti Dewan Mahasiswa, namun ditolak karena terlalu kuatnya intervensi pemerintah dan birokrasi kampus pada organisasi tersebut.

1979 Pembentukan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) sebagai organ operasional kebijakan NKK disikapi dengan penolakan mahasiswa ITB. Akibatnya lembaga ini tidak pernah jelas eksistensinya.

1979-1982 Tekanan kuat dari Rektorat untuk membubarkan DM dengan surat ancaman DO untuk setiap Ketua Umum terpilih. Buku Biru diterbitkan sebagai lanjutan penerbitan Buku Putih.

1982 Dipelopori oleh 22 Ketua Himpunan dan 44 Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa, Dewan Mahasiswa ITB akhirnya membubarkan diri, kaderisasi dan cita-cita DM dikembalikan ke himpunan masing-masing sebagai kantung gerakan. Suatu saat himpunan tersebut siap dipanggil untuk bersatu kembali. Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar himpunan jurusan dan Badan Koordinasi Unit Aktivitas (BKUA) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar unit kegiatan. FKHJ dipimpin oleh Hendardi (Ketua HMS) dan Umar Juoro (Ketua HIMAFI). Pada masa ini juga muncul kelompok-kelompok studi mahasiswa.

1983 Demonstrasi menentang rally mobil yang mewabah saat itu, karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi bangsa.

1985 Demonstrasi menyambut PM Inggris Margareth Thatcher.

1986 Demonstrasi menyambut Presiden Francois Mitterand dengan memotong kepala bebek sebagai perlambang agar bangsa Indonesia jangan membebek pada bangsa Barat.

1987 Protes kepada Kedubes Perancis akibat adanya teror kelompok ‘Skinhead’ terhadap mahasiswa Indonesia. Terbentuknya Presidium FKHJ yang dpimpin oleh Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman.
Terbentuk pula Badan Koordinasi Mahasiswa Bandung sebagai wadah gerakan mahasiswa Bandung.

1988 Mimbar bebas pada hari pahlawan, aksi anti helm, intifadah

1989 Aksi-aksi menentang pembebasan tanah dengan semena-mena di Kacapiring, Cimacan, Kedung Ombo, dan Badega. Longmarch Bandung-Badega oleh mahasiswa ITB untuk menghalangi buldoser yang akan mengeksekusi tanah Badega. Pada tanggal 5 Agustus 1989 terjadi insiden dalam acara Penataran P-4 oleh Mendagri Rudini. Saat itu beberapa mahasiswa akan menangkap Mendagri karena dianggap bertanggung jawab membawahi pemerintah lokal yang berkolusi dengan penguasa. 11 orang ditangkap dan 6 diantaranya dipenjarakan, diantaranya Fadjroel Rachman, Jumhur Hidayat, Enin Supriyanto.

1990 Keluar surat dari Mendikbud Fuad Hasan yang meminta didirikannya SMPT di seluruh Indonesia.
1992 OSKM diadakan kembali atas dasar permintaan Rektorat untuk melakukan penyambutan dan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru angkatan 1992. Terbentuknya Forum Aktivis Lemabaga Mahasiswa yang beranggotakan aktivis mahasiswa se-Jawa Madura dan Bali.

1993 Referendum pembentukan Lembaga Sentral Mahasiswa.
1994 Advokasi terhadap dua fungsionaris HMFT yaitu Yos Alfa dan Melyana (FT’90)

1995 OSKM’95 berlangsung dengan tema ‘Pahlawan dari Rakyat yang tertindas’

20 Januari 1996 Kongres, FKHJ dan BKSK mendeklarasikan berdirinya kembali KM ITB.
Maret 1996 Keluar surat edaran dari PR III yang meminta nama lembaga sentral mahasiswa adalah Senat Mahasiswa ITB, yang ditanggapi dingin oleh mahasiswa. PR III yang baru mengadakan manuver dengan mengadakan registrasi terhadap seluruh organisasi mahasiswa. 5 Himpunan yaitu HIMATEK, GEA, HMT, PATRA, dan HMP disegel karena menolak registrasi. Selain itu karena terjadi kasus Zaki T.L (FI’95) yang meninggal setelah melewati OS di HIMAFI (PPAM) dan mengakibatkan sanksi DO bagi Budi (Ketua PPAM) dan Ridjal (Ketua HIMAFI), OSKM dilarang.
April 1996 Deklarasi kesatuan gerakan mahasiswa Bandung

1996-1997 Berbagai forum diadakan untuk mendirikan lembaga sentral mahasiswa antara lain forum TVST, PILT, dan BPI. Tidak dihasilkan kesepakatan mengenai bentuk organisasi kemahasiswaan. Forum BPI diketuai oleh Haru Suwandharu (BI’93, Ketua HIMABIO ‘Nymphaea’). Dan Forum TVST diketuai oleh Vijaya Vitrayasa (MS’94, Kepala GAMAIS)

1998 FKHJ membentuk Satgas KM ITB untuk Reformasi yang diketuai oleh Depi Rustiadi (TG’94) dan Widdy (PL’95) sebagai Sekjen. Satgas ini berperan penting dalam ‘Deklarasi Ciganjur’ yang menyepakati bahwa kepemimpinan nasional harus segera diganti. Dibentuk juga Tim Beasiswa KM ITB untuk melaksanakan program beasiswa dari, oleh dan untuk mahasiswa. Selain itu Muker 7-10 Juni di Ciwidey menghasilkan Konsepsi dan AD/ART KM ITB. Pemilu dilangsungkan pada bulan Oktober dan Vijaya Vitrayasa (MS’94) keluar sebagai pemenang atas Ahmad Shalahudin (TI’94), Khalid Zabidi (SR’93) dan Heldy (FT’94).
Kepengurusan periode ini juga diwarnai dengan 2 surat pernyataan himpunan ( HMT & HME ) yang yang secara meminta kongres memberikan memorandum kepada Presiden KM ITB karena kinerjanya yang dianggap tidak memuaskan. Komunikasi dengan lembaga2 kemahasiswaan di dalam kampus memang menjadi masalah terbesar yang dihadapi kabinet.
Terlalu lamanya kemahasiswaan ITB tidak dipayungi lembaga terpusat menyebabkan kurangnya rasa butuh terhadap KM ITB apalagi ditambah dengan konsepsi kemahasiswaan terpusat (Konsep KM ITB) yang tidak tersosialisasi dengan baik ke seluruh mahasiswa.

1999 Gerakan Lumbung Kota sebagai bentuk kepedulian mahasiswa akan langkanya barang kebutuhan pokok.

Agustus 1999 Peserta OSKM’99 melakukan aksi SINDU (Studi dan Implementasi Desa Terpadu) di Cipatat.

Oktober 1999 Kontroversi mengenai kinerja Kabinet pertama mengakibatkan Vijay dipercepat jabatannya dan diganti Caretaker. Pemilu kedua diadakan dan menghasilkan pemenang Sigit Adi Prasetyo (IF’95) mengalahkan Nurul Wajah Mujahid (KL’95), Zaid Perdana (TL’96), Dedi Apriadi (GL’97) dan Iqbal Alfajri (DS’96) Puncaknya adalah pernyataan bersama 15 himpunan pada saat pelantikan presiden KM ITB yang kedua ( November 99) yang isinya adalah memberikan memorandum kepada kabinet untuk memperbaiki kinerjanya.

Februari 2000 Pertama kali diadakannya Olimpiade KM ITB dimana HMT keluar sebagai juara umum. Sempat terjadi insiden pembakaran jas almamater akibat adanya sponsor rokok ‘A Mild’ yang dianggap telah menjual kemahasiswaan ITB.

Agustus 2000 OSKM kali ini adalah OSKM dengan peserta terkecil jumlahnya (400an peserta) akibat ilegal.

Oktober 2000 Akibat terlalu larutnya Kongres dalam membahas amandemen AD/ART, panitia pelaksana Pemilu 2000 terbentuk 2 Minggu sebelum tanggal turunnya Presiden Sigit. Panpel yang dipimpin Safari (TK’97) terus mengulur-ulur waktu. 6 kandidat antara lain Zaid Perdana (TL’96), Andri Dwi Setiawan (PN’96) Muhammad Iqbal (GL’96), Muhammad Lutfi (TI96), Dedi Apriadi (GL’97) batal mengikuti pemilu. Akhirnya bulan November 2000, Kongres mengeluarkan ketetapan perpanjangan jabatan Presiden selama 6 bulan sampai Maret 2001.

Januari 2001 KM ITB menggulirkan isu Buloggate dan Bruneigate untuk menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid. Sementara itu FKHJ mulai menggulirkan isu penggulingan Presiden Sigit.

10 Maret 2001 Dimotori oleh IMG, HIMAFI, PSIK, Veritas dan Komunitas Ganesha 10, FKHJ melakukan pendudukan terhadap Sekretariat KM ITB. FKHJ menyatakan penonaktifan Kongres dan Kabinet KM ITB serta mengambil kekuasaan legislatif dan eksekutif. Selain itu FKHJ juga membentuk tiga Badan Pekerja yaitu Panitia Pemilu untuk mengadakan pemilu legislatif secepatnya, Panitia OSKM 2001, dan Panitia Muker untuk mengamandemen AD/ART. Pemilu legislatif berhasil memilih senator berbasis massa himpunan, Kongres kali ini dipimpin oleh Dedi Suryadi (PL’97). Karena dimulainya era otonomi kampus, Kongres memutuskan mengirimkan Anggota MWA wakil mahasiswa Rian Ramadian Nugraha (IF’97).

Agustus 2001 OSKM kali ini dipimpin Dinar Maulana (IMG’98). Sebelumnya sempat terjadi insiden pemukulan terhadap pihak yang mendiskreditkan salah seorang petinggi OSKM.

Oktober 2001 Pemilu kali ini tercatat dalam sejarah KM ITB sebagai Pemilu dengan kandidat terbanyak (7 orang). Akbar Hanif Dawam Abdullah (PN’98) terpilih sebagai Presiden mengalahkan Dedi Apriadi (GL’97), Armenda (SI’97), Adiq Ahmadi (MT’97), Roy Baroes (GM’97), Edison Situmorang (EL’97), sedangkan Khairul Anshar (FI’98) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara.

Desember 2001 Pertemuan BEM se-Bandung Raya di kampus ITB.

Maret 2002 Alga Indria (DS’98) menjadi pemenang pemilu KM ITB mengalahkan Abdi Robbi Sembada (SI’98), Dwi Lesmana (PL’99), M. Hanif (TI’98), dan Andy Hartono (TK’98).

Agustus 2002 Setelah sekian lama, akhirnya OSKM dinyatakan legal oleh rektorat, acara Swasta ditiadakan, dan metode kekerasan diganti dengan metode disiplin. OSKM kali ini diketuai oleh Ahmad Mukhlis Firdaus (HMS’99). Selain itu pertama kali dalam sejarah KM ITB diadakan acara Open House Unit yang bertujuan membuka rekrutmen terbuka untuk Unit Kegiatan Mahasiswa.
1-2 Februari 2003 Pertemuan BEM Nasional di ITB

Maret 2003 Ahmad Mustofa (TK’99) menjadi Presiden kelima mengalahkan Saifullah (SI’99), dan Hendro (TA’99). Sementara itu Adi Nugroho (FI’99) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara. Pemilu Anggota MWA Wakil Mahasiswa menghasilkan Fantri Azhari (MS’99) sebagai pemenang.

Mei 2003 Aksi longmarch Bandung-Jakarta untuk memperingati 5 tahun reformasi.

Juni 2003 Aksi penolakan USM-PMBP yang dianggap sebagai jalan komersialisasi kampus. Saat itu terbentang spanduk ‘Selamat Datang Putra-Putri Termahal Bangsa’ untuk menyambut calon mahasiswa baru 2003. Isu ini sempat menjadi isu nasional bersama PT BHMN lain.

Juli 2003 Aksi 1500 massa BEM Bandung Raya menuntut turunnya Mega-Hamzah. Peluncuran “Selamatkan Indonesia” oleh KM ITB.

Agustus 2003 OSKM diketuai oleh Anwar Rustanto (HMM’00). Pada acara penutupan terjadi kericuhan antara panitia dengan swasta akibat insiden mengenai lagu kampus.

Desember 2003 pembentukan Satuan Tugas Penyikapan Pemilu RI 2004 yang diketuai oleh Otep Kurnia (MA’99).

Februari 2004 ITB Fair diadakan pertama kalinya di kampus ITB dengan tujuan memasyarakatkan teknologi. Aksi menolak Dialog Calon Presiden oleh PSIK yang mengundang Prabowo Subianto. Aksi ini dilakukan Kabinet bersama HMD.
Program Desa Binaan sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat KM ITB

Maret 2004 Pemilu KM ITB tercatat sebagai Pemilu dengan kandidat tersedikit yaitu Anas Hanafiah (EL’00) dan Oskar Pariang Pakpahan (GM’00). Sempat terjadi kericuhan akibat hilangnya dua kotak suara. Anas memenangkan pemilu dan menjadi Presiden keenam.

April 2004 Aksi pembakaran ban oleh Kabinet bersama Satgas Pemilu KM ITB akibat pengambilalihan acara ‘Kupas Tuntas’ Capres RI Amien Rais oleh Rektorat. Kabinet juga mengadakan aksi menolak kedatangan Siswono Yudohusodo karena dianggap sebagai bagian dari rezim Orde Baru.

Juli 2004 Aksi menolak hasil Pemilu 2004 akibat banyaknya indikasi kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Bersamaan dengan aksi tersebut, Student Center diratakan dengan tanah untuk diganti dengan Campus Center.

Agustus 2004 OSKM kali ini diketuai Goris Mustaqim (SI’01). Pada saat acara OHU, beberapa mahasiswa melakukan aksi pembakaran Jas Almamater dan bendera KM ITB sebagai bentuk keprihatinan terhadap matinya dunia kemahasiswaan. Aksi ini ternyata berbuntut panjang sehingga disepakati akan membentuk Forum Rembug Mahasiwa. Forum ini menyepakati bahwa Kabinet dan Kongres harus memperbaiki kinerjanya, adanya kaderisasi berjenjang, dan Himpunan akan mengirim senator.

September 2004 Terdapat beberapa selebaran yang bertuliskan mengenai permohonan maaf seseorang yang dianggap melakukan penghinaan agama. Pada bulan ini juga muncul insiden Class Aksutik ‘A Mild’ yang menghadirkan Marcell dan Dygta. KM ITB menyatakan menolak acara tersebut selain tidak jelas manfaatnya bagi mahasiswa, acara ini juga menggunakan sponsor rokok.

Oktober 2004 KM ITB menginisiasi sebuah acara besar bertajuk ‘Gema Nusa’ (Gerakan Membangun Nurani Bangsa) di lapangan silang Monas dengan menghadirkan Presiden RI terpilih Susilo Bambang Yudhoyono.

10 Desember 2004 Kedatangan Dr. Anwar Ibrahim untuk mengisi seminar “Perkembangan Demokratisasi Di Asia” disambut hangat mahasiswa ITB.

31 Desember 2004 Aksi peduli bencana tsunami Aceh bersama BEM Unpad. Aksi ini diadakan saat pergantian tahun 2004 ke 2005

Januari 2005 Pengiriman relawan ke Aceh.

Februari 2005 Aksi penolakan kenaikan BBM, KM ITB mengadakan aksi dengan motor sampai ke Lapangan Tegallega. Penolakan kenaikan harga BBM ini juga diikuti oleh aksi mogok makan oleh Sandra, Wira, Agus, dan Ramses di gerbang Selatan ITB.
Terlaksananya OS Gabungan yang diketuai Fitrah Dinata (SI’02)

Maret 2005 Olimpiade ke-III KM ITB dimenangkan oleh IMG.

April 2005 Muhammad Syaiful Anam (EL’01) terpilih sebagai Presiden ketujuh. Pemilu kali ini sebenarnya diikuti tiga kandidat yaitu Anam, Wiyono (TA’01) dan Ramses (TG’01) namun Ramses didiskualifikasi oleh Panitia.

21 Mei 2005 Launching gerakan ‘Kampus Cerdas’ untuk mengurangi budaya mencontek di mahasiswa ITB.

Juni 2005 Fitrah Dinata terpilih sebagai Ketua OSKM 2005. Rektorat menolak nama OSKM dan mengganti dengan nama PSAK (Pengenalan Satuan Akademik dan Kemahasiswaan).

17 Agustus 2005 tepat pada saat peringatan 60 tahun Indonesia Merdeka, KM ITB mengadakan aksi keprihatinan mengenai tingginya jumlah mahasiwa yang di-DO setiap awal tahun akademik. Hal ini menunjukkan belum beresnya sistem pendidikan di ITB.

September 2005 Keluar surat edaran Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan mengenai pelarangan kaderisasi bagi 2005 yang disikapi beragam oleh himpunan-himpunan. Saat itu juga KM ITB menggulirkan isu tolak kenaikan BBM yang rencananya dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2005.

1 Januari 2006 ART ITB disahkan oleh MWA. Poin kontroversial dalam ART ini adalah adanya pengaturan mengenai struktur baru kemahasiswaan sebagai implikasi perubahan sistem di ITB. KM ITB mengeluarkan surat menyatakan menolak implementasi ART ITB yang merugikan mahasiswa.

Februari 2006 Program Keroyok Kampus oleh Presiden Anam, saat itu kampus ITB diramaikan oleh acara-acara KM seperti Bedah Buku ‘Confessions of an Economic Hitman’, Pekan Baca Tulis, SIMS, ITB Fair, Pesta Rakyat, dll.

Maret 2006 Pemilu kali ini diikuti oleh enam kandidat yaitu Dwi Arianto Nugroho (TK’02), Andi M. Adiwiarta (GM’02), Syahfitri (KI’02), Hendrajaya (IF’02), Indira (IL’02), dan Kisko (FI’03). Sempat terjadi kericuhan karena adanya kesalahan teknis Panpel dan kandidat menganggap panitia tidak konsisten dalam menerapkan aturan pemilu. Semua kandidat mengundurkan diri kecuali Dwi dan Syahfitri. Hampir semua Himpunan menyatakan pemilu gagal. Pemilu akhirnya diulang dan diikuti oleh Dwi, Syahfitri, Andi, dan Jaya, serta calon baru M. Luthfi (FT’03).

April 2006 Dwi Arianto Nugroho memenangkan pemilu dan menjadi Presiden kedelapan.

Mei 2006 KM ITB menginisiasi gerakan peduli sampah Kota Bandung. Di akhir bulan juga KM ITB mengirim tim relawan bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Juni 2006 Zam Zam Badruzaman (HIMAFI’03) terpilih sebagai Ketua OSKM 2006

20-21 Agustus 2006 Kontroversi soal legalitas OSKM 2006 berakhir dengan terlaksananya OSKM 2006 hanya dalam dua hari. Peserta OSKM 2006 adalah peserta dengan jumlah terkecil sepanjang sejarah, 136 orang. OSKM kemudian ditutup dengan aksi masuk kampus dengan peserta ratusan mahasiswa ITB.

November 2006 Seminar Nasional yang diisi oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat Bandung

Januari 2007 Rangkaian Seminar dan Workshop “Sekantor” atau Sekolah Anti Korupsi diakhiri dengan perayaan ulang tahun KM ITB.

Februari 2007 Olimpiade ke-IV menghasilkan MTI sebagai juara umum.

Maret 2007 Pemilu KM ke-8 menghasilkan Zulkaida Akbar (FI’03) sebagai Presiden, mengalahkan Army Alghifari (MS’04).

7 April 2007 Kedatangan Wapres Jusuf Kalla yang mengakibatkan tertutupnya kampus untuk mahasiswa dan dosen.

Juni 2007 Kasus kecelakaan motor pasca syukuran Kaderisasi KMSR 2006 mengakibatkan turunnya surat ancaman skorsing bagi Presiden KMSR, Ketua Kaderisasi, dan Ketua Angkatan 2006. Selain itu juga ada ancaman pembekuan KMSR. Kabinet bersama himpunan-himpunan memutuskan untuk menolak sanksi tersebut dan melakukan aksi massa di gedung Rektorat.

Agustus-September 2007 Rangkaian acara Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2007 yang diketuai Agung Thaufika (HIMATIKA’04) sukses dalam melakukan pengenalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru 2007.

16 November 2007 Aksi penolakan terhadap alumni yang dianggap mencoreng nama almamater oleh Gabungan Aksi Mahasiswa (GAM) ITB yang sesuai dengan momentum Kongres Ikatan Alumni ITB dan terseretnya nama Laksamana Sukardi, Ketua Umum IA Pusat sebagai tersangka kasus korupsi di Pertamina.

They’ve made their history, now it’s time to us to make our history!
Inilah Pimpinan-Pimpinan Mahasiswa ITB
Era Dewan Mahasiswa ITB
1960-1962 Piet Corputty
1962-1963 Udaya Hadibroto
1963-1965 Muslimin Nasution
1965-1967 Rahmat Witoelar
1967-1968 Purwoto Handoko
1968-1969 Sarwono Kusumaatmadja
1969-1970 Wimar Witoelar
1970-1971 Syarif Tando
1971-1972 Sjahrul
1972-1973 Tri Herwanto
1973-1974 Muslim Tampubolon
1974-1975 Prasetyo Sunaryo
1975-1976 Daryatmo, Ivan Isaq, Muhammad Najib, Khairullah Harun
1976-September 1977 Kemal Taruc (dijatuhkan MPM)
September-November 1997 Caretaker Presidium: Al Hilal Hamdi, Muhammad Iqbal, Sukmadji Indro Tjahyono, Ramles Manampang Silalahi
1977-1978 Heri Akhmadi
Desember 1978-Maret 1979 Caretaker Presidium: Faletehan Siregar, Herdi Waluyo, Indra Cahya, Jusman Syafii Djamal, Mathias Thoib, Sugeng Setiadi
1979-1980 Aussie Gautama
1980-1981 Iwan Basri
1981-1982 Agus Suroto (sekaligus Ketua MPM ITB)
Era Forum Ketua Himpunan Jurusan ITB
1982 Hendardi, Umar Juoro
1986 Syahganda, Ucok Lubis
1987 Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman, Amarsah, Theodorus Ondos Koekeritz, Didi Yakob
1988-1989 Yaya, Bambang
Era Keluarga Mahasiswa ITB
1996-1998 Hafiz (SC Pendirian KM), Yan Ardiansyah (Ketua Kongres)
1998-1999 Vijaya Vitrayasa
1999-Maret 2001 Sigit Adi Prasetyo
Oktober 2001-Maret 2002 Akbar Hanif Dawam Abdullah
2002-2003 Alga Indria
2003-2004 Ahmad Mustofa
2004-2005 Anas Hanafiah
2005-2006 Muhammad Syaiful Anam
2006-2007 Dwi Arianto Nugroho
2007-2008 Zulkaida Akbar
2008-2009 Shana Fatina Sukarsono
2009-2010 Ridwansyah Yusuf Achmad
2010-2011 Herry Dharmawan
2011-2012 Tizar Muhammad Kautsar Bijaksana
2012-2013 Anjar Dimara Sakti
2013-2014 Nyoman Anjani

(Sumber: http://sayapbarat.wordpress.com/2008/03/03/sejarah-kemahasiswaan-itb-komplit/ dengan pengubahan seperlunya)

Friday, August 23, 2013

RESUME MATERI SEMINAR OSKM 2013


RESUME SEMINAR OSKM 2013
Jumat,23 Agustus kami mengikuti seminar OSKM 2013 yang mengundang narasumber:
1.       Mentri Perdagangan RI, Bapak.Gita Wirjawan
2.       Wanadri, sebagai presentator ,Indra Hidayat
3.       Ibu Tri Mumpuni
4.       Saska, sebagai Founder dari Riset Indie

Narasumber yang pertama adalah Bapak Gita Wirgjawan, selain menjabat sebagai menteri perdagangan ternyata beliau merupakan ketua PBSI tahun 2012 dan 2013, Pertama-tama beliau menceritakan pengalamannya ketika mendampingi atlet bulutangkis Indonesia kala itu yang sedang mengikuti kejuaraan dunia, setelah itu beliau mengatakan bahwa  semangat kemahasiswaan kental dengan kearifan lokal. Kerifan lokal itu harus dimiliki pleh semua mahasiswa di negeri ini untuk dapat membangun negeri. Indonesia butuh pemimpin-pemimpin bangsa yang cerdas yang berasal dari mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai kearifan lokal yang tinggi . Siapapun yang mau memimpin bangsa ini harus jelas unsur demokratisnya. Dan, bangsa yang menyianyiakan kearifan lokal adalah bangsa yang kehilangan jati dirinya.Terdapat empat hal yang dapat membuat bangsa itu maju diantaranya ialah kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya, dan kemajuan ekonomi. Kita sebagai mahasiswa harus biasa bertanggung jawab dalam mengembangkan perekonomian Indonesia tersebut.  Kita harus “melek” teknologi, peka budaya, dan menerapkan konteks persaingan global yang bukan lagi konteks persaingan lokal. Terakhir, beliau berpesan ” Jadilah garuda-garuda yang kreatif, terampil, berteknologi, punya semangat kebangsaan, juara dan mempunyai kearifan lokal”.
Selanjutnya narasumber yang kedua berasal dari Wanadri, yaitu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, yang diaplikasikan dengan kecintaan kepada alam. Wanadri adalah perkumpulan orang-orang pencinta alam yang telah menjelajahi berbagai macam medan di dunia ini. Organisasi ini berusaha mengajak kita untuk melestarikan alam yang terdapat Indonesia,contohnya seperti menjelajahi pulau-pulau di Indonesia yang belum berpendduduk. Mereka mengatakan kekayaan alam Indonesia itu sangat beragam sehingga kita harus melestarikannya.
Narasumber yang ketiga adalah Ibu Tri Mumpuni, beliau seorang pemberdaya listrik yang juga merupakan alumni ITB jurusan Teknik Elektro. Ia sering melakukan observasi ke desa-desa terpencil yang terdapat di Indonesia.Beliau mengatakan bahwa terdapat ratusan juta penduduk Indonesia di luar santia yang masih hidup tanpa listrik. Beliau berpesan kepada kita, jika terdapat perusahaan asing yang itumenawarkan pekerjaan dengan gaji yang begitu tinggi, tolaklah! Dan berbaktilah kepada bangsa ini jangan sampai perusahaan-perusahaan asing merebut kekayaan kita sendiri dengan merebut hak bangsa atau penduduk Indonesia ini.

Narasumber yang terakhir adalah Saska, Beliau adalah  Penggagas Riset Indie, Riset Indie merupakan komunitas penelitian yang tidak kaku,mereka sudah banyak melakukan project, seperti Project Polaroid ,Project Animatronic serta yang baru akan dilakukan pada bulan September 2013 nanti yaitu Angkot Day, yaitu suatu riset yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat penduduk kota Bandung untuk naik angkot jika angkot dioperasikan secara tertib, dan tidak hanya itu Riset Indie juga akan menggratiskan biaya angkotnya untuk jurusan Kelapa-Dago dari pagi hingga sore hari.Beliau juga berpesan,jangan pernah malu untuk menciptakan kolaborasi antar jurusan seperti pada project animatronic yang merupakan kolaborasi antar jurusan seni rupa dan teknik elektro.

RESUME SEMINAR OSKM ITB 2013 by Ega Kusuma


Ega Kusuma. 16613283. FTSL. SMAN 1 Gunung Talang

Mahasiswa, Ayo Semangat !! oleh Bapak Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan Republik Indonesia)

Menteri Perdagangan RI yaitu bapak Gita Wirjawan menyampaikan beberapa hal tentang semangat kemahasiswaan dan hal-hal yang berkaitan dengan topik tersebut pada sesi pertama dalam seminar OSKM 2013. Semangat kemahasiswaan sangat kental atau erat esensinya dengan kearifan local, itu kata beliau. Mahasiswa yang sekarang ini menjadi cikal bakal pemimpin, harus menjadi pemimpin yang dibutuhkan bangsa ini. Pemimpin yang dibutuhkan bangsa Indonesia ini adalah pemimpin yang mengerti kepentingan rakyat. Pemimpin yang bisa melakukan pembangunan tanpa mengabaikan adat istiadat dan keberagaman budaya di Indonesia. Pemimpin yang mampu memajukan potensi daerah, aktif, inisiatif, dan mau memperbudak dirinya demi kepentingan rakyat.

Saat ini Indonesia terjebak dalam middle income traps , dan cara untuk keluar dari hal tersebut adalah dengan berbudaya. Kita harus menyadari bahwa semakin terjadinya penanaman modal di luar Jawa, maka semakin bisa kita menyatukan  bangsa ini dan melakukan pemerataan ekonomi di seluruh daaerah. Pemahaman kepiawaian teknologi untuk industri sangat berpengaruh untuk  kesejahteraan, dan perlu dimulai dari hilirisasi. Sebagai contoh, Negara Korea, yang berawal dari reformasi agrariah kemudian melakukan diversifikasi sampai akhirnya sampai pada kemajuan tekonologi modern.

Bangsa Indonesia bisa maju, bangkit, dan sukses bila mengedepankan pluralisme, stabilitas politik dan ekonomi, integrasi global, demokrasi, pemerataan, dan memperkaya budaya. Namun, tanpa kapasitas untuk membangkitkan moral bangsa, pembangunan Indonesia yang maksimal takkan terjadi. Budaya bangga berbangsa sangat diperlukan, namun kenapa kita tidak bisa? Karena kita kurang memperkaya budaya kita. Kita harus berpikir secara global, bagaimana agar bisa bersaing dengan negara-negara lain seperti contohnya Thailand

Dalam pidatonya, bapak Gita Wirjawan mengatakan bahwa beliau berharap Indonesia bisa menambah nilai bagi kemajuan bangsa dan dunia. Sekali lagi, yang bangsa ini perlukan adalah seorang pemimpin yang bisa menjawab tantangan, kental dengan sebagaimana responsive dengan permintaan rakyat, nasionalis namun juga internasionalis, kreatif, terampil, berteknologi, menjunjung kearifan local, dan semangat kebudayaan.

Tanah Air yang Wajib Dicintai oleh Indra Hidayat (anggota WANADRI)
Indonesia adalah Negara yang kaya. Kaya, kaya sekali. Kekayaan Indonesia tak akan habis sampai beribu-ribu generasi. Kita saja entah generasi keberapa. Bangsa yang memiliki lebih dari 17.000 pulau ini memiliki berbagai macam kekayaan dan keindahan alam, baik di darat maupun di laut. Hal-hal tersebut menyebabkan Indonesia sangat rawan dalam hal bencana alam, keseragaman budaya, dan pemerataan.

Tapi di sisi lain, ada banyak keuntungan yang bisa kita ambil dari keadaan tersebut, bila kita memiliki kreatifitas, akal sehat, dan kemanusiaan. Bila kita kreatif maka kita akan bisa terus mengeksplorisasi potensi-potensi yang berasal dari bumi Indonesia ini dan menghasilkan karya-karya baru. Dan dibutuhkan juga akal sehat dan rasa kemanusiaan agar kreatifitas tersebut tidak disalahgunakan namun dipakai untuk pembangunan dan kemajuan bangsa. Maka dari itu dari sekarang kita harus sadar diri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan. Dan jangan lupa untuk terus bersinergi dan berkolaborasi agar dapat menyatukan lebih dari 17.000 pulau yang ada demi kemajuan Indonesia.

Alumni ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa oleh Ibu Tri Mumpuni
Pembicara ketiga dalam Seminar OSKM 2013 adalah Ibu Tri Mumpuni yang menyampaikan beberapa hal yang menyadarkan kita tentang kemandirian dan kesejahteraan bangsa. Beliau mengatakan bahwa kita harus memiliki pengetahuan/logika dan juga perasaan/empati. Kita harus punya paradigma yang benar tentang Indonesia.

Pengertian ekonomi dan apa yang benar-benar terjadi saat ini adalah semakin meningkatnya pertumbuhan, maka ekonomi akan semakin meningkat. Hal tersebut kurang benar bila dipakai untuk kesejahteraan bangsa karena tidak manusiawi. Yang benar adalah kita menggunakan pengertian dari kewirausahaan sosial yaitu setiap orang adalah unik, maka setiap orang akan melakukan apa yang disukainya dengan sebaik-baiknya sehingga dapat memajukan ekonomi. Kita benar-benar perlu memperbaiki paradigma kita dan itulah yang akan menjadi kekuatan kita.

Kewirausahaan sosial meliputi hal-hal berikut:
-. Pelurusan visi pembangunan
-. Perubahan paradigma investasi
-. Pembatasan pertumbuhan usaha

Kita perlu sadar akan keadaan bangsa Indonesia sekarang ini. Kita harus turun langsung dan merangkul setiap penduduk di daerah-daerah terpencil agar mereka juga bisa merasakan kesejahteraan di Indonesia.

Riset Indie oleh Seterhen Akbar Surya Dinata (Bray Saska) :D
Pembicara terakhir dari Seminar OSKM 2013 adalah kak Saska yang merupakan alumni dari ITB. Ia merupakan salah satu pendiri dari Riset Indie. Riset Indie merupakan suatu komunitas yang melakukan penelitian-penelitian dan proyek-proyek yang beragam dan kemudian digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan dan mensejahterakan masyarakat. Beberapa proyek penelitian mereka adalah antara lain Project Alinea dan Angkot Day.

Selain menceritakan tentang komunitas yang dibuatnya, Kak Saska juga membagikan pengalaman hidup dan beberapa nasihat yang cukup menyadarkan kami semua. Ia mengatakan bahwa sesuatu yang besar itu dimulai dari hal yang kecil, mulailah dari membuka mata dan telinga kita terhadap keadaan di luar kampus, keadaan di masyarakat sekitar. Jangan hanya merasa puas atas prestasi yang di dapat di dalam kampus atau fokus dengan kampus, tapi keluarlah, perhatikan sekitar, ada banyak masalah-masalah kecil yang tidak disadari oleh banyak orang namun sebenarnya sangat mengganggu dan bila diselesaikan akan tercipta suatu keadaan yang lebih sejahtera. Ka Saska juga mengatakan bahwa setiap kita harus mempunyai suatu nilai yang bisa kita tinggalkan setelah kita meninggal kelak. Suatu nilai yang berguna bagi banyak orang bahkan seluruh rakyat Indonesia. Jadi, buka mata, buka telinga, lihat sekitar, dan jadilah dampak bagi bangsa dan dunia. Selamat berjuang ITB 2013!! 

Resume Seminar OSKM ITB 2013 by Bagus

Pada hari Jumat tanggal 23 Agustus 2013, Panitia OSKM ITB mengadakan seminar yang ditujukan kepada para mahasiswa baru ITB yang mengikuti rangkaian acara OSKM ITB 2013. Ada 4 seminar berturut-turut yang dibawakan oleh pemateri yang berbeda. Acara ini dimoderatori oleh Maria Selena yang merupakan Putri Indonesia 2011 dan juga merupakan alumni dari SBM ITB. Pemateri yang pertama adalah Pak Gita Wirjawan, beliau adalah Menteri Perdagangan RI 2011-2014. Yang kedua adalah dari pihak WANADRI yang dibawakan oleh Kak Indra, beliau alumni Teknik Mesin ITB. Yang ketiga adalah dari Ibu Tri Mumpuni. Dan yang terakhir adalah dari Kak Saska, beliau adalah CEO dari perusahaan bisnis kreatif Riset Indie sekaligus alumni dari Teknik Elektro ITB.

1.      Seminar OSKM ITB oleh Pak Gita Wirjawan
Kearifan lokal itu sesuai dengan peran mahasiswa. Dengan izin Allah mahasiswa kelak akan mampu memajukan Indonesia. Zaman sekarang adalah era kontra korupsi, sehingga diperlukan kesadaran moral untuk memperbaikinya. Hal itu bisa dimulai dari kaum mudanya, yaitu para mahasiswa. Padahal Indonesia telah memasuki peringkat 15 ekonomi dunia saat ini. Namun hal ini kurang terlihat di masyarakat luas.

Pembangunan Indonesia menjadi lebih baik, bukan berarti menghilangkan budaya lokal kita. Kita sedang membutuhkan orang muda yang penuh inisiatif dan proaktif yang bisa mengangkat derajat Indonesia di mata dunia. Dominasi ekonomi Amerika yang telah berjalan untuk waktu yang lama, perlahan mulai terkikis oleh Cina dan negara-negara lain seperti Jepang dan Korea. 

Apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bertahan 6% per tahun, maka 20 tahun kemudian Indonesia bisa menumbuhkan kue ekonominya jadi 600 ribu trilyun rupiah. Sayangnya tidak semua orang Indonesia mencintai produk-produk lokal. Narrative spliside adalah istilah yang cocok untuk menggambarkan proses mengisi konsumsi dalam negeri dengan produk merah putih. Budaya murah kenyang itu salah parkir, harusnya kita lebih mencintai produk merah putih yang asalnya dari dalam negeri kita sendiri. 

Dengan penuh skeptisisme, dapat diasumsikan bahwa sesungguhnya lulusan ITB itu harusnya bisa membuat apapun mulai dari HP, komputer, dan lain-lain. Korea Selatan pada tahun 1920-an dianggap negara lazy. Tetapi mereka mulai melakukan industrialisasi pada tahun 1960-an yang kemudian membawa perubahan bagi ekonomi mereka 20-30 tahun kemudian. Tonggak awalnya adalah revolusi agraria yang memberikan kesejahteraan bagi petani, sehingga generasi berikutnya mau beralih ke bidang industri dan terjadilah diversifikasi produk.

Kesuksesan suatu bangsa diindikatori oleh eksportasi budaya ke luar negaranya. Kita perlu meningkatkan produktifitas tenaga kerja kita untuk menjaga perkembangan ekonomi kita. Industrialisasi itu butuh pemahaman dan perkembangan teknologi. Bauksit yang dikirim ke Luar Negeri kembali lagi ke Indonesia dalam wujud aluminium dengan multiplikasi nilai yang lebih banyak. Indonesia harus bisa melakukan multiplikasi nilai sendiri. 

Muara dari kebobrokan Indonesia adalah lemahnya pendidikan dan pendanaan. Dimana saat ini terjadi pelanggaran kuantitatif yang berujung pada pencairan likuiditas. Kita harus melakukan usaha untuk mitigasi. Hal ini sedikit sulit karena telah terbentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN yang membuat pelonggaran untuk berjualan dan investasi agar komunitas ASEAN menjadi: basis produksi, pasar kolektif, dan ekonomi kompetitif dan terintegrasi. 

Konteks persaingan saat ini bukan lagi antarlokal, tetapi sudah merambah menjadi antarnegara. Apapun yang kita lakukan harus didasarkan pada kesatuan. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menjawab tantangan zaman. Permintaan rakyat itu ada bermacam-macam. Sudah ada 2 orang alumni ITB yang menjadi presiden RI, serta 30% anggota kabinet sekarang berasal dari ITB.

“Jadilah garuda-garuda yang kreatif, terampil, melek teknologi, yang punya semangat kebangsaan. Semangatlah dalam menjalani hari-hari kalian belajar di ITB nanti. Kalau jadi pemimpin kelak, jadilah pemimpin yang menghargai kearifan lokal. “
-Pak Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan RI 2011-2014)

2.      Seminar OSKM ITB oleh Kak Indra (WANADRI)
Deklarasi Djuanda membantu memperluas wilayah Indonesia yang awalnya hanya daratan menjadi termasuk garda-garda terdepan kepulauan Indonesia. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang beragam, juga garis pantai terpanjang. Sayangnya Indonesia yang terlalu luas ini agak sulit untuk dijaga. Kelompok WANADRI ini ikut membantu meletakkan patung Bung Karno dan Hatta di 94 pulau terluar di Indonesia yang sulit dijangkau untuk menjaga kesatuan wilayah NKRI.

3.      Seminar OSKM ITB oleh Ibu Tri Mumpuni
Mahasiswa harus belajar untuk berpikir dengan pengetahuan dan perasaan. Banyak potensi diri kita yang masih belum termanfaatkan. Jadilah pemimpin yang mempunyai integritas, yang tidak menjual Indonesia pada pihak asing. Rakyat kita kini tengah menderita. Ketidakberesan di Indonesia ini terjadi karena kaum intelektualnya tidak amanah. Kita harus menjadi cream of the cream, menjadi manusia pilihan. 

4.      Seminar OSKM ITB oleh Kak Saska
Riset Indie adalah sebuah wadah yang iseng dibuat oleh Kak Saska sebagai ekstrakulikuler tambahan di sela-sela pekerjaannya. Dimotori langsung oleh beliau dan dibantu oleh beberapa teman dan istrinya. Berawal dari ide untuk melakukan kolektif penelitian dengan memilih topik yang menarik dan akhirnya merambah ke ranah bisnis. Hal ini cukup terbantu oleh kemudahan membuat komunitas di Bandung.
Ada 3 project yang sudah dilakukan oleh Riset Indie.
·         Project Polaroid
·         Project Alinea
·         Project Angkot Day

Bagus Anugerah Yoga Pratomo
Sekolah Farmasi
16213021

K3 (Kritis, Kreatif, dan Konstruktif) untuk Indonesia by Ega Kusuma


Ega Kusuma. 16613283. FTSL. SMAN 1 Gunung Talang

Indonesia. Begitu banyak masalah yang ada di Indonesia pada zaman sekarang ini, pada era globalisasi. Masalah-masalah yang segudang itu dapat dikaji dan digolongkan ke dalam sebuah singkatan, yaitu PESTEL (Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Enviromental dan Legal). Masalah-masalah yang ada ini harus diselesaikan dengan cara yang tepat dan akurat. Siapalagi yang akan menyelesaikannya jika bukan kita, generasi muda Indonesia. Nah, untuk menyelesaikannya, kita butuh suatu konsep pemikiran, suatu kerangka berfikir yang disebut K3, yaitu Kreatif, Kritis dan Konstruktif

Kreatif.Artinya berdaya cipta. Maksudnya, dengan bersikap kreatif, berarti kita harus memiliki daya cipta, berinovasi, selalu terinspirasi untuk menyalurkan ide ide baru. Namun, kita tak harus selalu mencipatakan ide dari awal, dari nol. Karena kita juga dapat memodifikasi ide / hal yang telah ada menjadi lebih, sehingga terjadi inovasi dari waktu ke waktu.

Kritis. Artinya cepat tanggap. Maksudnya, dengan bersikap kritis, berarti kita harus cepat tanggap dengan berbagai hal yang ada di sekeliling kita. Kita mampu secara reflek menilai suatu hal baik atau buruk, langsung menganalisisnya, dan langsung  menemukan solusinya. Minimal sudah ada gambaran atau bayangan tentang solusi permasalahan terebut yang kita lakukan secara reflek. Sehingga nantinya sudah ada bibit penyelesaian masalah.

Konstruktif. Artinya membangun. Maksudnya, dengan bersikap konstruktif, kita mampu mengarahkan sikap kreatif dan kritis kita kearah yang benar. Ke arah yang membangun. Bukan ke arah yang yang salah untuk kehancuran.

Sebagai pemuda-pemudi Indonesia, generasi baru penerus bangsa, the agent of change, pemikul amanah rakyat masa depan, kita wajib untuk mengetahui dan menerapkan K3 ini dalam kehidupan sehari-hari. Membiasakannya dari hari ke hari, sehingga pada masanya nanti, segala daya upaya, usaha, dan perjuangan kita yang dimulai dari hal-hal kecil ini, akan bertemu dan berjumpa dalam sebuah timing  yang tepat dan menjadi sebuah perubahan yang mendasar serta strategis dalam pembangunan Indonesia.

Selamat berjuang ITB 2013 !! Salam Ganesha !! Bakti Kami untukMU Tuhan, Bangsa dan Almamater !! Merdeka !!


                Pola Pikir K3 ( kritis, kreatif, dan konstruktif)

                Dalam mempersiapkan pola pikir para mahasiswa baru ITB, panitia OSKM atau Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa melakukan banyak hal. Mulai dari mengajarkan cara tertib dalam mengantri, fokus saat hendak mencapai tujuan, tidak bertele-tele, jujur, dan sebagainya. Salah satu cara yang cukup ‘mengena’ adalah lewat materi yang diberikan oleh para tata tertib kelompok atau yang sering disingkat dengan taplok.
                Pada malam Kamis, kami diberi materi oleh para taplok tentang K3 yang terdiri dari Kritis, Kreatif, dan Konstruktif. Untuk memulai, mari kita bahas kata-kata tersebut satu persatu.
                Kritis adalah sifat tidak mudah percaya dan selalu berusaha menemukan kesalahan dari apa yang di dapatnya. Lebih jeli dalam melihat dan memperhatikan secara keseluruhan. Namun sifat ini tidak berarti semerta-merta menolak semua yang diterima. Hal seperti ini tidak akan dapat dibilang ‘menjaga’ kearifan lokal karena kita hanya mencoba ‘menolak’.  Jika dilanjutkan dalamkesalah pahaman seperti ini maka kita akan menjadi manusia yang keras kepala. Kritis disini dapat diartikan lebih lanjut sebagai penerimaan setelah tidak menemukan kesalahan atau kecacatan dalam hal yangkita terima namun tetap menjaga pemikiran kita dari penerimaan total. Pola pikir seperti ini sangat berguna bagi setiap manusia yang menjunjung tinggi kebenaran.
                Pola pikir kritis akan menelurkan banyak kritik. Dan alangkah mudah mengkritik orang lain karena mencari-cari kesalahan orang lain merupakan salah satu sifat dasar manusia. Kritik mempunyai konotasi yang sedikit negatif. Itu dikarenakan lebih seringnya terlontar kritik yang tidak membangun. Kritik yang membangun selalu disertai alasan yang masuk akal dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat dirasa lebih manusiawi dan dapat diterima oleh yang dikritik.
                Yang kedua adalah kreatif. Kreatif dapat diartikan sebagai daya cipta, atau daya pikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Entah itu berbentuk alat, karya seni, gaya, dan lain-lain. Kreatifitas dalam menciptakan sesuatu yang baru tidak selalu menguntungkan karena asal katanya sendiri hanyalah ‘membuat’, tanpa harus memikirkan dampak akhirnya.
                Yang terakhir adalah konstruktif. Konstruktif berarti membangun. Berlawanan dengan destruktif yang berarti merusak atau menghancurkan. Dengan memiliki sifat konstruktif, kita dapat melihat setiap celah untuk memperbaiki hal yang kita anggap rusak. Mulai dari benda, sikap, bahasa, bahkan negara.
Sikap konstruktif dilatih dengan kebiasaan dalam melakukan hal baik yang diulang karena itu sikap konstruktif tidak lepas dari aksi. Jika kita hanya berpikir dan tidak mencoba untuk bergerak melakukan aksi, sikap ini tidak akan terlihat hasilnya sama sekali.
Sayangnya di negara ini, sikap-sikap tersebut terkesan dikekang. Sebelum kita mengetahui hal itu sendiri, kita tidak dibiasakan untuk mendapatkannya dari awal. Padahal jika kita sudah terbiasa, mungkin negara ini dapat lebih berkembang.
Sekolah terutama sekolah dasar lebih mengedepankan kepatuhan. Kepatuhan bukanlah hal yang buruk, namun kepatuhan total membuat para murid tidak bisa mempertanyakan banyak hal. Padahal masa anak-anak adalah masa pencarian tentang dunia dengan kecepatan serap yang paling ekstrim. Dengan mengekang kemauan anak untuk bereksplorasi, sikap kreatif pun sedikit banyak tertutupi. Semakin malas anak bertanya, semakin malas pula mereka membuat sesuatu, karena ciptaan pertanyaan juga berasal dari kreatifitas. Sekolah masa kini lebih mengutamakan pola pikir konstruktif, terarah, patuh pada semuanya dan tidak suka mempertanyakan apapun. Hal ini tidak bisa dibilang baik karena pada akhirnya, setelah anak-anak itu dewasa, mereka akan cenderung bekerja. Menjadi pelayan orang lain. Menjadi suruhan di negara sendiri.
Setiap negara maju pasti mempunyai orang-orang dari bidang kreatif. Mereka bertugas selalu mencari hal-hal yang baru. Tidak pernah merasa puas. Tidak suka bila ada negara lain yang menyaingi. Sikap kreatif ini harus dibarengi dengan sikap kritis. Semakin kritis seseorang, semakin mudah ia mendapat kesalahan atau kecacatan dari tempat lain, dan mereka dapat menutupi kesalahan tersebut untuk memajukan negaranya. Terakhir, mereka juga pasti memiliki orang-orang yang punya sifat konstruktif. Setelah tau apa yang bisa dicari, apa yang bisa ditutupi hal selanjutnya pastilah membuat dan memperbaiki. Disinilah fungsi utama dari sifat konstuktif. Jika dipikirkan sekilas, cukup dengan ketiga sifat ini, bukan hanya seorang manusia, negara pun dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Jika kita perkecil skalanya ke ukuran sebuah pribadi, maka pribadi itu pastinya akan menjadi pribadi yang baik.
Mungkin sepenggal pemikiran ini terlihat sangat pesimistis. Tapi dalam beberapa kasus, pesimis tidak terlalu jauh berbeda dari kritis.
Seperti kata pepatah, “lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuki kegelapan”, tidak perlulah kita merenungi nasib yang telah berlalu. Rencanakanlah masa depan dari sekarang. Oleh karena itu ITB ingin membuat para mahasiswanya tidak hanya mengerti tetapi memiliki dan dapat mengaplikasikan sikap-sikap yang terdapat dalam K3 ini dalam kehidupan sehari-hari. ITB ingin melatih para mahasiswanya menjadi penerus bangsa yang terbaik.

Mahasiswa bukanlah lagi anak kecil yang dapat dikekang. Mahasiswa sudah dapat lebih melihat dunia. Dunia yang lebih luas. Mari kita kembangkan sayap garuda, menuju Indonesia yang lebih baik.

Galih Nurcahyo Pangeran Jati
16013319

Resume Materi K3L (Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan)



Sudah menjadi suatu hal yang lumrah bagi suatu industri atau institusi untuk memiliki unit K3L dalam struktur organisasinya. K3L atau Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) yang ada di Institut Teknologi Bandung. Di perusahaan tempat ayah saya bekerja di PT Pupuk Kaltim juga ada unit semacam ini, hanya saja bernama K3LH. K3LH itu singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup. Saya sempat mengikuti training yang diselenggarakan oleh K3LH seputar keselamatan kerja. Kami diajari cara menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dalam kondisi yang lumayan darurat.

Nah di ITB ada satu unit yang bidangnya adalah K3L yaitu UPT K3L ITB. Presentasi seputar K3L disampaikan oleh Ibu Semina. Beliau dan anggotanya datang ke ruang pertemuan di Sabuga (Sasana Budaya Ganesha) menggunakan pakaian yang serba hijau. Hijau itu bisa berarti menimbulkan kesan alami secara emosional. Back to nature, kembali pada yang hijau-hijau. Tandanya penjagaan lingkungan beserta infrastrukturnya menjadi sebuah ciri khas yang ditonjolkan unit ini.

Yang pertama ditekankan oleh unit ini adalah masalah keamanan. Keamanan menjadi penting ketika ada banyak sekali orang yang berada di lingkungan kampus, baik itu dari kalangan ITB sendiri maupun dari masyarakat luar yang sekadar ingin berkunjung ke ITB. Dan dari masyarakat luar yang datang berkunjung itu pun ada yang memang mempunyai niat baik dan ada yang datang dengan niat yang kurang baik. Karena itulah, harus ada sesuatu yang membedakan para penghuni kampus dari kalangan ITB sendiri baik itu dosen, karyawan, ataupun mahasiswa dengan masyarakat luar yang datang berkunjung ke ITB. Sehingga ada beberapa pencegahan keamanan yang dilakukan oleh UPT K3L.

Yang pertama, adalah masalah penggunaan ruang di internal kampus. Bagi sebuah kampus institusi pendidikan, terlebih lagi bagi sebuah kampus besar seperti Institut Teknologi Bandung, ruangan adalah sesuatu yang sangat penting bagi keberlangsungannya, terutama untuk kepentingan akademiknya.  Namun tak bisa dipungkiri juga kalau mahasiswa terkadang membutuhkan ruangan untuk kebutuhan non akademiknya seperti misalnya untuk rapat atau belajar kelompok. 

Penggunaan ruang di luar kegiatan akademik seperti ini harus mengantongi izin dari pihak berwenangnya. Siapa pihak berwenangnya? Hal ini tergantung dari ruangan apa yang digunakan dan untuk kegiatan apa tentunya. Untuk izin kegiatan yang sifatnya kemahasiswaan, para mahasiswa ITB bisa mengajukan izin kepada LK atau Lembaga Kemahasiswaan yang berkantor tepat di bawah gedung CC (Campus Center) barat. Untuk izin penggunaan ruang kuliah dan lapangan rumput untuk kegiatan non akademik, para mahasiswa ITB bisa mengajukan izin ke Dirdik atau Direktorat Pendidikan. Dan untuk penggunaan lokasi lain di ITB, para mahasiswa bisa mengajukan izin penggunaan tempat ke Direktorat SP.

Yang kedua, adalah masalah parkir dan akses masuk ke dalam kampus. Tidak semua kendaraan diperbolehkan masuk ke dalam kampus ITB. Hanya kendaraan dosen, karyawan, atau mahasiswa yang memiliki izin khusus yang dapat memasuki kawasan kampus. Kalaupun kendaraan bisa memasuki kampus, tetap ada berbagai aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Setiap kendaraan yang memasuki kawasan kampus haruslah mengikuti rambu-rambu yang telah disediakan, serta mengikuti arus jalan dan tidak melawannya. Masalah parkir internal kampus pun perlu dibahas juga. Setiap kendaraan yang parkir pada tempat yang tidak seharusnya di dalam kampus, entah itu motor atau mobil, entah itu milik dosen atau mahasiswa, akan dikenakan hukum gembok. Jika masih melanggar berulang kali dalam hal parkir ini, maka kendaraan akan digemboskan bannya.

Ada 3 spot tempat parkir di ITB yang dapat digunakan dengan bebas oleh mahasiswa. Yaitu di parkiran SR, parkiran Sipil, dan di parkiran Saraga. Parkiran SR terletak tepat di sebelah utara Masjid Salman ITB. Parkiran Sipil terletak tepat di depan pintu masuk Kebon Binatang, disebut parkiran Sipil karena letaknya yang dekat dengan ruang sekretariat HMS atau Himpunan Mahasiswa Sipil ITB. Dan yang terakhir adalah parkiran Saraga (Sarana Olahraga Ganesha) yang terletak di dekat gerbang masuk SBM. Kesemua tempat parkir ini aman dan dapat digunakan oleh seluruh mahasiswa. Dengan biaya parkir hanya Rp 1000,- per harinya. Hanya saja jika anda parkir pukul 23.00 dan mengambil kembali sepeda motor anda pukul 01.00 dini hari, maka anda akan dikenakan tarif untuk dua hari. Sehingga tidak dianjurkan untuk memarkir kendaraan anda melewati tengah malam.

Setelah 3 spot tempat parkir, ada beberapa spot untuk masuk ke dalam kampus. Yaitu pintu gerbang masuk SBM, gerbang selatan yang merupakan gerbang utama akses ke kampus, serta parkiran SR dan Sipil yang memang merupakan jalur masuk bagi para mahasiswa yang membawa kendaraan ke kampus. Pintu gerbang SBM terletak tepat di depan gedung SBM ITB, letaknya di pinggir jalan ketika anda melewati Jalan Tamansari, tepat di sebelah utara ITB. Gerbang selatan adalah gerbang utama yang terletak di Jalan Ganesha.

Untuk tanggap darurat mahasiswa sakit, ada ambulans dari pihak K3L yang dapat dipanggil dengan menghubungi nomor 022-2500204. Cukup beritahu lokasi, jumlah orangnya, ringkasan kejadian, dan cidera apa yang dialami.

Bagus Anugerah Yoga Pratomo
Sekolah Farmasi
16213021

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More