Era Kolonial Belanda dan Jepang
Terbentuk organisasi kemahasiswaan tertua di Bandung yaitu Bandoeng Studenten Corps (BSC). Pada masa ini, mahasiswa
pribumi yang bersekolah di Technische Hoogeshcule te Bandoeng (TH
Bandoeng) sudah merasakan perbedaan budaya dengan teman2nya yang berasal
dari Belanda dan mahasiswa2 pribumi ini kemudian membentuk perkumpulan
sendiri yaitu Indonesische Student Vereniging (ISV) yang terpisah dari
organisasi mahasiswa resmi saat itu yang didominasi oleh tuan-tuan
Belanda. Perkumpulan ini menyelenggarakan diskusi-diskusi
mengenai ilmu teknik, politik, mengadakan kegiatan olahraga, bermain
catur dan tak ketinggalan berdarmawisata.
Soekarno (presiden RI pertama) terdaftar
sebagai mahasiswa mulai tahun 1921, tapi dua bulan kemudian meninggalkan
kuliah untuk bersatu dalam perjuangan bangsanya. Baru tahun 1922 ia
mendaftar kembali dan lulus tahun 1926.
TH Bandoeng sempat berganti nama di era
kolonial Jepang menjadi Institute Of Tropical Sciences (1942) dan
Bandung Kogyo Daigaku (1944)
Era Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, Bandung Kogyo Daigaku
dibuka kembali dengan nama Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung).
Terbentuk Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Bandung. Suasana revolusi
menyebabkan kampus STT Bandung mempunyai multifungsi. Gejolak bangsa
saat itu membuat STT Bandung merupakan kesatuan dari potensi SDM, ilmu
dan teknologi, laboratorium dan peralatan yang semuanya dikerahkan untuk
perjuangan kemerdekaan. Bulan Oktober 1945 didepan anggota KNIP,
dicetuskan ikrar bersama mahasiswa yang menyatakan tekad mahasiswa
Indonesia untuk tidak sudi kembali ke kampus selama kemerdekaan penuh
bangsa Indonesia belum tercapai.
STT Bandung kemudian pindah ke Yogyakarta
untuk kemudian bergabung dengan beberapaa akademi dan sekolah tinggi
membentuk Universitas Gadjah Mada
Era1950an
Pada masa ini, Fakultas Teknik dan Fakultas
Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Bandung masih dalam naunngan Universitas
Indonesia. Saat itu terbentuklah Dewan Mahasiswa UI Bandung yang
beranggotakan himpunan-himpunan mahasiswa teknik. Pada tahun 1955,
lahirlah Dewan Mahasiswa UI yang diketuai oleh Emil Salim yang kemudian
menggabungkan DM UI Bandung yang terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas
Teknik dan FIPIA.
1957 Deklarasi pembentukan Majelis Mahasiswa
Indonesia (MMI) di Aula Barat sebagai wadah organisasi intra universitas
seluruh Indonesia
2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas
Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dipisahkan dari Universitas Indonesia menjadi
Institut Teknologi Bandung.
2 November 1960, berdasarkan persetujuan
Senat Mahasiswa Departemen Ilmu Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, serta
Ilmu Kimia dan Ilmu Hayati, terbentuklah Dewan Mahasiswa ITB yang
diketuai oleh Piet Corputty. Dewan Mahasiswa terdiri dari Sidang Dewan
(Legislatif) dan Badan Pengurus (Eksekutif). DM ITB saat itu lebih
mengutamakan konsolidasi organisasi. Namun karena adanya perjuangan
membebaskan Irian Barat, maka DM ITB mendukung penuh seruan tersebut
dengan ikut serta mengirimkan sukarelawan. Advokasi mahasiswa untuk
menolak penggabungan ITB ke Universitas Padjajaran yang baru berdiri.
1963 Pada kerusuhan 10 Mei 1963 yang berbau
rasial, tokoh mahasiswa Muslimin Nasution. Uniknya walaupun dalam
tahanan, Muslimin terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB.
Konfrontasi antara DM ITB dengan CGMI-GMNI yang berporos Nasakom. Saat
itu DM ITB dijuluki ‘The Last Stronghold’ oleh masyarakat anti-komunis.
1964 Pembangunan Masjid Salman dimulai. Pada
Kongres MMI ke-IV di Malino, Sulsel, DM ITB dikeluarkan dan terkucil
dari pergaulan antar DM. Terjadi kericuhan saat MAPRAM 1965.
1965 Peristiwa Gerakan 30 September, DM ITB
dibawah pimpinan Rachmat Witoelar menyatakan mengutuk peristiwa
tersebut. Terbentuk KAMI Bandung yang tidak hanya beranggotakan
organisasis ekstra kampus, namun juga organisasi intra kampus. Terbentuk
juga Komite Aksi Pembersihan ITB (KAPI), yang bertujuan membersihkan
ITB dari pengaruh komunis.
1966 Perjuangan menegakkan Tritura. Pada
bulan Februari 1966, KAMI Bandung dipelopori DM ITB mengirim 200
mahasiswa untuk membantu mahasiswa Jakarta yang terdesak akibat
terbunuhnya Arief Rahman Hakim. Dipimpin tokoh-tokoh seperti Rudianto
Ramelan, Muslimin Nasution, Arifin Panigoro, dan Fred Hehuat, KAMI
Bandung melancarkan serangan-serangan ke obyek-obyek vital seperti Deplu
RI, Kedubes dan Konsulat RRC.
Perjuangan Tritura menghasilkan pemerintahan
baru yang lazim disebut ‘Orde Baru’. DM ITB memberikan gelar Pahlawan
Ampera kepada Fred Hehuat (Geologi) dan Pasma Situmorang (Mesin) yang
aktif berjuang menegakkan Tritura.
DM ITB tidak hanya berdemonstrasi untuk
menumbangkan rezim Orde Lama, saat terjadi bencana banjir di Solo, DM
ITB mengirim delegasi Misi Ampera untuk membantu korban bencana.
Juni 1966 KM ITB terbentuk sebagai
penyempurnaan dari DM ITB, terdiri dari MPM (legislatif), DM
(eksekutif), dan BPM (perwakilan ekstra kampus)
1968 Pernyataan sikap menolak adanya
wakil-wakil mahasiswa di DPR Gotong Royong karena mahasiswa tidak
sepatutnya berpolitik praktis
1969 Advokasi kenaikan SPP mahasiswa.
1970 Dipelopori oleh Wimar Witoelar (Ketua
Umum 1969-1970) dan Syarif Tando (Ketua Umum 1970-1971), DM ITB
menyerukan slogan back to campus untuk kembali kemahasiswaan yang telah
rusak akibat politik nasakom. Pendirian Student Center dimulai,
Unit-Unit kegiatan bermunculan, DM ITB memelopori konsolidasi mahasiswa
se-Asia Tenggara dalam pertemuan ASEAUS. DM ITB juga mengadakan pekan
olahraga mahasiswa Ganesha Interversity Games. Gagalnya inisiasi
National Union of Student of Indonesia dilanjutkan dengan berdirinya
Badan Kerja Sama Dewan/Senat Mahasiswa se-Bandung (BKS DM/SM Bandung).
Usaha depolitisasi ini sebenarnya hampir
berhasil, hanya saja pihak penguasa mulai menunjukkan gelagat korupsi
dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada tanggal 6 Oktober 1970, terjadi
insiden antara taruna Akpol dengan seorang mahasiswa bernama Rene Louis
Conraad (EL’70) yang mengakibatkan tewasnya Rene. Insiden ini sebenarnya
berawal dari tawuran antara taruna Akpol dengan mahasiswa ITB akibat
kalah dalam pertandingan sepak bola. Karena peristiwa ini, saat upacara
pemakaman Rene, DM ITB mengadakan demontrasi dengan massa sepanjang 7 Km
untuk menuntut pengusutan para tersangka pengeroyokan.
1971 Protes DM ITB terhadap proyek Taman Mini Indonesia Indah.
1972 Protes DM ITB kepada Bulog yang dianggap tidak becus mengurusi pangan.
1973 Isu utang luar negeri yang tidak terkendali menjadi opini publik. Saat itu pengusaha Jepang dianggap Economic Animal
oleh masyarakat Indonesia akibat modal mereka yang mencengkeram ekonomi
nasional. Suatu pertemuan di bulan Desember 1973 di ITB yang dihadiri
antara lain oleh Muslim Tampubolon (Ketua Umum DM ITB) Hariman Siregar
(Ketua Umum DM UI) dan Adnan Buyung Nasution berhasil mengeluarkan sikap
untuk menolak utang luar negeri.
1974 Pertemuan 35 DM se-Indonesia tanggal 11
Januari atas undangan Hariman Siregar untuk menemui Presiden Soeharto di
Bina Graha. 4 hari kemudian pecahlah peristiwa Malari (Malapetaka 15
Januari) yang pada awalnya bertujuan mendemonstrasi PM Jepang Kakuei
Tanaka malah berubah menjadi huru-hara besar.
Sementara itu mahasiswa Bandung berunjuk rasa
di kampus UNPAD dengan membakar patung Soedjono Hoemardani, Aspri
Presiden Soeharto. Saat itu mahasiswa Bandung mengeluarkan Tritura
1974
yang berbunyi: 1. Bubarkan Aspri, 2. Turunkan Harga, 3. Tolak Utang Luar
Negeri.
1974-1976 Konsolidasi organisasi DM ITB.
1977 Gerakan anti kebodohan, adalah suatu
konsep mendasar untuk mengentaskan pembodohan penguasa terhadap rakyat
Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kemahasiswaan Indonesia,
Ketua Umum DM dipilih dengan sistem one student one vote secara
langsung, umum, bebas, dan rahasia.
28 Oktober 1977, DM se-Indonesia berkumpul di
Bandung untuk menyatakan sikap menolak eksistensi Soeharto sebagai
Presiden Indonesia. Bersama pelajar Bandung, DM se-Indonesia mengadakan
aksi demonstrasi keliling Bandung.
16 Januari 1978 Apel bersama 2000 mahasiswa
ITB dipimpin Ketua Umum Heri Akhmadi menyatakan ‘Tidak Mempercayai dan
Tidak Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik
Indonesia!”. Penerbitan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978. Pembuatan
buku putih ini dimotori oleh Rizal Ramli, Ketua Dewan Mahasiswa.
Penerbitan buku putih ini juga didukung beberapa intelektual kampus
seperti Prof. Iskandar Alisjahbana (Rektor ITB) dan Prof. Slamet Iman
Santoso (mantan Dekan Fakultas Psikologi UI).
21 Januari dan 9 Februari 1978 Kampus diserbu
dua kali dan diduduki militer 6 bulan lamanya. Mahasiswa lama
dikumpulkan di lapangan basket dan diusir, hanya mahasiswa angkatan ’78
yang boleh berkuliah. Terjadi penembakan gelap di rumah Rektor ITB Prof.
Iskandar. Laksusda Jawa Barat memanggil Heri Akhmadi, Rizal Ramli,
Indro Tjahjono, Al Hilal Hamdi, dan Ramles Manampang Silalahi untuk
kemudian diadili dan dipenjara. Normalisasi Kehidupan Kampus
diberlakukan, DM se-Indonesia dibubarkan, pemerintah mengajukan konsep
SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi) sebagai pengganti Dewan
Mahasiswa, namun ditolak karena terlalu kuatnya intervensi pemerintah
dan birokrasi kampus pada organisasi tersebut.
1979 Pembentukan Badan Koordinasi
Kemahasiswaan (BKK) sebagai organ operasional kebijakan NKK disikapi
dengan penolakan mahasiswa ITB. Akibatnya lembaga ini tidak pernah jelas
eksistensinya.
1979-1982 Tekanan kuat dari Rektorat untuk
membubarkan DM dengan surat ancaman DO untuk setiap Ketua Umum terpilih.
Buku Biru diterbitkan sebagai lanjutan penerbitan Buku Putih.
1982 Dipelopori oleh 22 Ketua Himpunan dan 44
Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa, Dewan Mahasiswa ITB akhirnya membubarkan
diri, kaderisasi dan cita-cita DM dikembalikan ke himpunan
masing-masing sebagai kantung gerakan. Suatu saat himpunan tersebut siap
dipanggil untuk bersatu kembali. Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ)
terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar himpunan jurusan dan
Badan Koordinasi Unit Aktivitas (BKUA) terbentuk sebagai wadah
koordinasi gerakan antar unit kegiatan. FKHJ dipimpin oleh Hendardi
(Ketua HMS) dan Umar Juoro (Ketua HIMAFI). Pada masa ini juga muncul
kelompok-kelompok studi mahasiswa.
1983 Demonstrasi menentang rally mobil yang mewabah saat itu, karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi bangsa.
1985 Demonstrasi menyambut PM Inggris Margareth Thatcher.
1986 Demonstrasi menyambut Presiden Francois
Mitterand dengan memotong kepala bebek sebagai perlambang agar bangsa
Indonesia jangan membebek pada bangsa Barat.
1987 Protes kepada Kedubes Perancis akibat
adanya teror kelompok ‘Skinhead’ terhadap mahasiswa Indonesia.
Terbentuknya Presidium FKHJ yang dpimpin oleh Hotasi Nababan, Fadjroel
Rachman.
Terbentuk pula Badan Koordinasi Mahasiswa Bandung sebagai wadah
gerakan mahasiswa Bandung.
1988 Mimbar bebas pada hari pahlawan, aksi anti helm, intifadah
1989 Aksi-aksi menentang pembebasan tanah
dengan semena-mena di Kacapiring, Cimacan, Kedung Ombo, dan Badega.
Longmarch Bandung-Badega oleh mahasiswa ITB untuk menghalangi buldoser
yang akan mengeksekusi tanah Badega. Pada tanggal 5 Agustus 1989 terjadi
insiden dalam acara Penataran P-4 oleh Mendagri Rudini. Saat itu
beberapa mahasiswa akan menangkap Mendagri karena dianggap bertanggung
jawab membawahi pemerintah lokal yang berkolusi dengan penguasa. 11
orang ditangkap dan 6 diantaranya dipenjarakan, diantaranya Fadjroel
Rachman, Jumhur Hidayat, Enin Supriyanto.
1990 Keluar surat dari Mendikbud Fuad Hasan yang meminta didirikannya SMPT di seluruh Indonesia.
1992 OSKM diadakan kembali atas dasar
permintaan Rektorat untuk melakukan penyambutan dan pengenalan kampus
bagi mahasiswa baru angkatan 1992. Terbentuknya Forum Aktivis Lemabaga
Mahasiswa yang beranggotakan aktivis mahasiswa se-Jawa Madura dan Bali.
1993 Referendum pembentukan Lembaga Sentral Mahasiswa.
1994 Advokasi terhadap dua fungsionaris HMFT yaitu Yos Alfa dan Melyana (FT’90)
1995 OSKM’95 berlangsung dengan tema ‘Pahlawan dari Rakyat yang tertindas’
20 Januari 1996 Kongres, FKHJ dan BKSK mendeklarasikan berdirinya kembali KM ITB.
Maret 1996 Keluar surat edaran dari PR III
yang meminta nama lembaga sentral mahasiswa adalah Senat Mahasiswa ITB,
yang ditanggapi dingin oleh mahasiswa. PR III yang baru mengadakan
manuver dengan mengadakan registrasi terhadap seluruh organisasi
mahasiswa. 5 Himpunan yaitu HIMATEK, GEA, HMT, PATRA, dan HMP disegel
karena menolak registrasi. Selain itu karena terjadi kasus Zaki T.L
(FI’95) yang meninggal setelah melewati OS di HIMAFI (PPAM) dan
mengakibatkan sanksi DO bagi Budi (Ketua PPAM) dan Ridjal (Ketua
HIMAFI), OSKM dilarang.
April 1996 Deklarasi kesatuan gerakan mahasiswa Bandung
1996-1997 Berbagai forum diadakan untuk
mendirikan lembaga sentral mahasiswa antara lain forum TVST, PILT, dan
BPI. Tidak dihasilkan kesepakatan mengenai bentuk organisasi
kemahasiswaan. Forum BPI diketuai oleh Haru Suwandharu (BI’93, Ketua
HIMABIO ‘Nymphaea’). Dan Forum TVST diketuai oleh Vijaya Vitrayasa
(MS’94, Kepala GAMAIS)
1998 FKHJ membentuk Satgas KM ITB untuk
Reformasi yang diketuai oleh Depi Rustiadi (TG’94) dan Widdy (PL’95)
sebagai Sekjen. Satgas ini berperan penting dalam ‘Deklarasi Ciganjur’
yang menyepakati bahwa kepemimpinan nasional harus segera diganti.
Dibentuk juga Tim Beasiswa KM ITB untuk melaksanakan program beasiswa
dari, oleh dan untuk mahasiswa. Selain itu Muker 7-10 Juni di Ciwidey
menghasilkan Konsepsi dan AD/ART KM ITB. Pemilu dilangsungkan pada bulan
Oktober dan Vijaya Vitrayasa (MS’94) keluar sebagai pemenang atas Ahmad
Shalahudin (TI’94), Khalid Zabidi (SR’93) dan Heldy (FT’94).
Kepengurusan periode ini juga diwarnai dengan
2 surat pernyataan himpunan ( HMT & HME ) yang yang secara meminta
kongres memberikan memorandum kepada Presiden KM ITB
karena kinerjanya yang dianggap tidak memuaskan. Komunikasi dengan
lembaga2 kemahasiswaan di dalam kampus memang menjadi masalah terbesar
yang dihadapi kabinet.
Terlalu lamanya kemahasiswaan ITB tidak
dipayungi lembaga terpusat menyebabkan kurangnya rasa butuh terhadap KM
ITB apalagi ditambah dengan konsepsi kemahasiswaan terpusat (Konsep KM
ITB) yang tidak tersosialisasi dengan baik ke seluruh mahasiswa.
1999 Gerakan Lumbung Kota sebagai bentuk kepedulian mahasiswa akan langkanya barang kebutuhan pokok.
Agustus 1999 Peserta OSKM’99 melakukan aksi SINDU (Studi dan Implementasi Desa Terpadu) di Cipatat.
Oktober 1999 Kontroversi mengenai kinerja
Kabinet pertama mengakibatkan Vijay dipercepat jabatannya dan diganti
Caretaker. Pemilu kedua diadakan dan menghasilkan pemenang Sigit Adi
Prasetyo (IF’95) mengalahkan Nurul Wajah Mujahid (KL’95), Zaid Perdana
(TL’96), Dedi Apriadi (GL’97) dan Iqbal Alfajri (DS’96) Puncaknya adalah
pernyataan bersama 15 himpunan pada saat pelantikan presiden KM ITB
yang kedua ( November 99) yang isinya adalah memberikan memorandum
kepada kabinet untuk memperbaiki kinerjanya.
Februari 2000 Pertama kali diadakannya
Olimpiade KM ITB dimana HMT keluar sebagai juara umum. Sempat terjadi
insiden pembakaran jas almamater akibat adanya sponsor rokok ‘A Mild’
yang dianggap telah menjual kemahasiswaan ITB.
Agustus 2000 OSKM kali ini adalah OSKM dengan peserta terkecil jumlahnya (400an peserta) akibat ilegal.
Oktober 2000 Akibat terlalu larutnya Kongres
dalam membahas amandemen AD/ART, panitia pelaksana Pemilu 2000 terbentuk
2 Minggu sebelum tanggal turunnya Presiden Sigit. Panpel yang dipimpin
Safari (TK’97) terus mengulur-ulur waktu. 6 kandidat antara lain Zaid
Perdana (TL’96), Andri Dwi Setiawan (PN’96) Muhammad Iqbal (GL’96),
Muhammad Lutfi (TI96), Dedi Apriadi (GL’97) batal mengikuti pemilu.
Akhirnya bulan November 2000, Kongres mengeluarkan ketetapan
perpanjangan jabatan Presiden selama 6 bulan sampai Maret 2001.
Januari 2001 KM ITB menggulirkan isu
Buloggate dan Bruneigate untuk menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid.
Sementara itu FKHJ mulai menggulirkan isu penggulingan Presiden Sigit.
10 Maret 2001 Dimotori oleh IMG, HIMAFI,
PSIK, Veritas dan Komunitas Ganesha 10, FKHJ melakukan pendudukan
terhadap Sekretariat KM ITB. FKHJ menyatakan penonaktifan Kongres dan
Kabinet KM ITB serta mengambil kekuasaan legislatif dan eksekutif.
Selain itu FKHJ juga membentuk tiga Badan Pekerja yaitu Panitia Pemilu
untuk mengadakan pemilu legislatif secepatnya, Panitia OSKM 2001, dan
Panitia Muker untuk mengamandemen AD/ART. Pemilu legislatif berhasil
memilih senator berbasis massa himpunan, Kongres kali ini dipimpin oleh
Dedi Suryadi (PL’97). Karena dimulainya era otonomi kampus, Kongres
memutuskan mengirimkan Anggota MWA wakil mahasiswa Rian Ramadian Nugraha
(IF’97).
Agustus 2001 OSKM kali ini dipimpin Dinar
Maulana (IMG’98). Sebelumnya sempat terjadi insiden pemukulan terhadap
pihak yang mendiskreditkan salah seorang petinggi OSKM.
Oktober 2001 Pemilu kali ini tercatat dalam
sejarah KM ITB sebagai Pemilu dengan kandidat terbanyak (7 orang). Akbar
Hanif Dawam Abdullah (PN’98) terpilih sebagai Presiden mengalahkan Dedi
Apriadi (GL’97), Armenda (SI’97), Adiq Ahmadi (MT’97), Roy Baroes
(GM’97), Edison Situmorang (EL’97), sedangkan Khairul Anshar (FI’98)
mengundurkan diri sebelum pemungutan suara.
Desember 2001 Pertemuan BEM se-Bandung Raya di kampus ITB.
Maret 2002 Alga Indria (DS’98) menjadi
pemenang pemilu KM ITB mengalahkan Abdi Robbi Sembada (SI’98), Dwi
Lesmana (PL’99), M. Hanif (TI’98), dan Andy Hartono (TK’98).
Agustus 2002 Setelah sekian lama, akhirnya
OSKM dinyatakan legal oleh rektorat, acara Swasta ditiadakan, dan metode
kekerasan diganti dengan metode disiplin. OSKM kali ini diketuai oleh
Ahmad Mukhlis Firdaus (HMS’99). Selain itu pertama kali dalam sejarah KM
ITB diadakan acara Open House Unit yang bertujuan membuka rekrutmen
terbuka untuk Unit Kegiatan Mahasiswa.
1-2 Februari 2003 Pertemuan BEM Nasional di ITB
Maret 2003 Ahmad Mustofa (TK’99) menjadi
Presiden kelima mengalahkan Saifullah (SI’99), dan Hendro (TA’99).
Sementara itu Adi Nugroho (FI’99) mengundurkan diri sebelum pemungutan
suara. Pemilu Anggota MWA Wakil Mahasiswa menghasilkan Fantri Azhari
(MS’99) sebagai pemenang.
Mei 2003 Aksi longmarch Bandung-Jakarta untuk memperingati 5 tahun reformasi.
Juni 2003 Aksi penolakan USM-PMBP yang
dianggap sebagai jalan komersialisasi kampus. Saat itu terbentang
spanduk ‘Selamat Datang Putra-Putri Termahal Bangsa’ untuk menyambut
calon mahasiswa baru 2003. Isu ini sempat menjadi isu nasional bersama
PT BHMN lain.
Juli 2003 Aksi 1500 massa BEM Bandung Raya menuntut turunnya Mega-Hamzah. Peluncuran “Selamatkan Indonesia” oleh KM ITB.
Agustus 2003 OSKM diketuai oleh Anwar
Rustanto (HMM’00). Pada acara penutupan terjadi kericuhan antara panitia
dengan swasta akibat insiden mengenai lagu kampus.
Desember 2003 pembentukan Satuan Tugas Penyikapan Pemilu RI 2004 yang diketuai oleh Otep Kurnia (MA’99).
Februari 2004 ITB Fair diadakan pertama
kalinya di kampus ITB dengan tujuan memasyarakatkan teknologi. Aksi
menolak Dialog Calon Presiden oleh PSIK yang mengundang Prabowo
Subianto. Aksi ini dilakukan Kabinet bersama HMD.
Program Desa Binaan sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat KM ITB
Maret 2004 Pemilu KM ITB tercatat sebagai
Pemilu dengan kandidat tersedikit yaitu Anas Hanafiah (EL’00) dan Oskar
Pariang Pakpahan (GM’00). Sempat terjadi kericuhan akibat hilangnya dua
kotak suara. Anas memenangkan pemilu dan menjadi Presiden keenam.
April 2004 Aksi pembakaran ban oleh Kabinet
bersama Satgas Pemilu KM ITB akibat pengambilalihan acara ‘Kupas Tuntas’
Capres RI Amien Rais oleh Rektorat. Kabinet juga mengadakan aksi
menolak kedatangan Siswono Yudohusodo karena dianggap sebagai bagian
dari rezim Orde Baru.
Juli 2004 Aksi menolak hasil Pemilu 2004
akibat banyaknya indikasi kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Bersamaan
dengan aksi tersebut, Student Center diratakan dengan tanah untuk
diganti dengan Campus Center.
Agustus 2004 OSKM kali ini diketuai Goris
Mustaqim (SI’01). Pada saat acara OHU, beberapa mahasiswa melakukan aksi
pembakaran Jas Almamater dan bendera KM ITB sebagai bentuk keprihatinan
terhadap matinya dunia kemahasiswaan. Aksi ini ternyata berbuntut
panjang sehingga disepakati akan membentuk Forum Rembug Mahasiwa. Forum
ini menyepakati bahwa Kabinet dan Kongres harus memperbaiki kinerjanya,
adanya kaderisasi berjenjang, dan Himpunan akan mengirim senator.
September 2004 Terdapat beberapa selebaran
yang bertuliskan mengenai permohonan maaf seseorang yang dianggap
melakukan penghinaan agama. Pada bulan ini juga muncul insiden Class
Aksutik ‘A Mild’ yang menghadirkan Marcell dan Dygta. KM ITB menyatakan
menolak acara tersebut selain tidak jelas manfaatnya bagi mahasiswa,
acara ini juga menggunakan sponsor rokok.
Oktober 2004 KM ITB menginisiasi sebuah acara
besar bertajuk ‘Gema Nusa’ (Gerakan Membangun Nurani Bangsa) di
lapangan silang Monas dengan menghadirkan Presiden RI terpilih Susilo
Bambang Yudhoyono.
10 Desember 2004 Kedatangan Dr. Anwar Ibrahim
untuk mengisi seminar “Perkembangan Demokratisasi Di Asia” disambut
hangat mahasiswa ITB.
31 Desember 2004 Aksi peduli bencana tsunami Aceh bersama BEM Unpad. Aksi ini diadakan saat pergantian tahun 2004 ke 2005
Januari 2005 Pengiriman relawan ke Aceh.
Februari 2005 Aksi penolakan kenaikan BBM, KM
ITB mengadakan aksi dengan motor sampai ke Lapangan Tegallega.
Penolakan kenaikan harga BBM ini juga diikuti oleh aksi mogok makan oleh
Sandra, Wira, Agus, dan Ramses di gerbang Selatan ITB.
Terlaksananya OS Gabungan yang diketuai Fitrah Dinata (SI’02)
Maret 2005 Olimpiade ke-III KM ITB dimenangkan oleh IMG.
April 2005 Muhammad Syaiful Anam (EL’01)
terpilih sebagai Presiden ketujuh. Pemilu kali ini sebenarnya diikuti
tiga kandidat yaitu Anam, Wiyono (TA’01) dan Ramses (TG’01) namun Ramses
didiskualifikasi oleh Panitia.
21 Mei 2005 Launching gerakan ‘Kampus Cerdas’ untuk mengurangi budaya mencontek di mahasiswa ITB.
Juni 2005 Fitrah Dinata terpilih sebagai
Ketua OSKM 2005. Rektorat menolak nama OSKM dan mengganti dengan nama
PSAK (Pengenalan Satuan Akademik dan Kemahasiswaan).
17 Agustus 2005 tepat pada saat peringatan 60
tahun Indonesia Merdeka, KM ITB mengadakan aksi keprihatinan mengenai
tingginya jumlah mahasiwa yang di-DO setiap awal tahun akademik. Hal ini
menunjukkan belum beresnya sistem pendidikan di ITB.
September 2005 Keluar surat edaran Wakil
Rektor bidang Kemahasiswaan mengenai pelarangan kaderisasi bagi 2005
yang disikapi beragam oleh himpunan-himpunan. Saat itu juga KM ITB
menggulirkan isu tolak kenaikan BBM yang rencananya dilakukan pada
tanggal 1 Oktober 2005.
1 Januari 2006 ART ITB disahkan oleh MWA.
Poin kontroversial dalam ART ini adalah adanya pengaturan mengenai
struktur baru kemahasiswaan sebagai implikasi perubahan sistem di ITB.
KM ITB mengeluarkan surat menyatakan menolak implementasi ART ITB yang
merugikan mahasiswa.
Februari 2006 Program Keroyok Kampus oleh
Presiden Anam, saat itu kampus ITB diramaikan oleh acara-acara KM
seperti Bedah Buku ‘Confessions of an Economic Hitman’, Pekan Baca
Tulis, SIMS, ITB Fair, Pesta Rakyat, dll.
Maret 2006 Pemilu kali ini diikuti oleh enam
kandidat yaitu Dwi Arianto Nugroho (TK’02), Andi M. Adiwiarta (GM’02),
Syahfitri (KI’02), Hendrajaya (IF’02), Indira (IL’02), dan Kisko
(FI’03). Sempat terjadi kericuhan karena adanya kesalahan teknis Panpel
dan kandidat menganggap panitia tidak konsisten dalam menerapkan aturan
pemilu. Semua kandidat mengundurkan diri kecuali Dwi dan Syahfitri.
Hampir semua Himpunan menyatakan pemilu gagal. Pemilu akhirnya diulang
dan diikuti oleh Dwi, Syahfitri, Andi, dan Jaya, serta calon baru M.
Luthfi (FT’03).
April 2006 Dwi Arianto Nugroho memenangkan pemilu dan menjadi Presiden kedelapan.
Mei 2006 KM ITB menginisiasi gerakan peduli
sampah Kota Bandung. Di akhir bulan juga KM ITB mengirim tim relawan
bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Juni 2006 Zam Zam Badruzaman (HIMAFI’03) terpilih sebagai Ketua OSKM 2006
20-21 Agustus 2006 Kontroversi soal legalitas
OSKM 2006 berakhir dengan terlaksananya OSKM 2006 hanya dalam dua hari.
Peserta OSKM 2006 adalah peserta dengan jumlah terkecil sepanjang
sejarah, 136 orang. OSKM kemudian ditutup dengan aksi masuk kampus
dengan peserta ratusan mahasiswa ITB.
November 2006 Seminar Nasional yang diisi oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat Bandung
Januari 2007 Rangkaian Seminar dan Workshop “Sekantor” atau Sekolah Anti Korupsi diakhiri dengan perayaan ulang tahun KM ITB.
Februari 2007 Olimpiade ke-IV menghasilkan MTI sebagai juara umum.
Maret 2007 Pemilu KM ke-8 menghasilkan Zulkaida Akbar (FI’03) sebagai Presiden, mengalahkan Army Alghifari (MS’04).
7 April 2007 Kedatangan Wapres Jusuf Kalla yang mengakibatkan tertutupnya kampus untuk mahasiswa dan dosen.
Juni 2007 Kasus kecelakaan motor pasca
syukuran Kaderisasi KMSR 2006 mengakibatkan turunnya surat ancaman
skorsing bagi Presiden KMSR, Ketua Kaderisasi, dan Ketua Angkatan 2006.
Selain itu juga ada ancaman pembekuan KMSR. Kabinet bersama
himpunan-himpunan memutuskan untuk menolak sanksi tersebut dan melakukan
aksi massa di gedung Rektorat.
Agustus-September 2007 Rangkaian acara
Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2007 yang diketuai Agung Thaufika
(HIMATIKA’04) sukses dalam melakukan pengenalan kehidupan kampus kepada
mahasiswa baru 2007.
16 November 2007 Aksi penolakan terhadap
alumni yang dianggap mencoreng nama almamater oleh Gabungan Aksi
Mahasiswa (GAM) ITB yang sesuai dengan momentum Kongres Ikatan Alumni
ITB dan terseretnya nama Laksamana Sukardi, Ketua Umum IA Pusat sebagai
tersangka kasus korupsi di Pertamina.
They’ve made their history, now it’s time to us to make our history!
Inilah Pimpinan-Pimpinan Mahasiswa ITB
Era Dewan Mahasiswa ITB
1960-1962 Piet Corputty
1962-1963 Udaya Hadibroto
1963-1965 Muslimin Nasution
1965-1967 Rahmat Witoelar
1967-1968 Purwoto Handoko
1968-1969 Sarwono Kusumaatmadja
1969-1970 Wimar Witoelar
1970-1971 Syarif Tando
1971-1972 Sjahrul
1972-1973 Tri Herwanto
1973-1974 Muslim Tampubolon
1974-1975 Prasetyo Sunaryo
1975-1976 Daryatmo, Ivan Isaq, Muhammad Najib, Khairullah Harun
1976-September 1977 Kemal Taruc (dijatuhkan MPM)
September-November 1997 Caretaker Presidium: Al Hilal Hamdi, Muhammad Iqbal, Sukmadji Indro Tjahyono, Ramles Manampang Silalahi
1977-1978 Heri Akhmadi
Desember 1978-Maret 1979 Caretaker Presidium:
Faletehan Siregar, Herdi Waluyo, Indra Cahya, Jusman Syafii Djamal,
Mathias Thoib, Sugeng Setiadi
1979-1980 Aussie Gautama
1980-1981 Iwan Basri
1981-1982 Agus Suroto (sekaligus Ketua MPM ITB)
Era Forum Ketua Himpunan Jurusan ITB
1982 Hendardi, Umar Juoro
1986 Syahganda, Ucok Lubis
1987 Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman, Amarsah, Theodorus Ondos Koekeritz, Didi Yakob
1988-1989 Yaya, Bambang
Era Keluarga Mahasiswa ITB
1996-1998 Hafiz (SC Pendirian KM), Yan Ardiansyah (Ketua Kongres)
1998-1999 Vijaya Vitrayasa
1999-Maret 2001 Sigit Adi Prasetyo
Oktober 2001-Maret 2002 Akbar Hanif Dawam Abdullah
2002-2003 Alga Indria
2003-2004 Ahmad Mustofa
2004-2005 Anas Hanafiah
2005-2006 Muhammad Syaiful Anam
2006-2007 Dwi Arianto Nugroho
2007-2008 Zulkaida Akbar
2008-2009 Shana Fatina Sukarsono
2009-2010 Ridwansyah Yusuf Achmad
2010-2011 Herry Dharmawan
2011-2012 Tizar Muhammad Kautsar Bijaksana
2012-2013 Anjar Dimara Sakti
2013-2014 Nyoman Anjani
(Sumber: http://sayapbarat.wordpress.com/2008/03/03/sejarah-kemahasiswaan-itb-komplit/ dengan pengubahan seperlunya)